REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Populasi burung di Amerika Utara terus menurun secara signifikan, terutama di wilayah yang dulu menjadi habitat utama mereka. Temuan ini memicu kekhawatiran akan potensi keruntuhan ekosistem, menurut studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Science.
Dari hampir 500 spesies yang diteliti, sekitar 75 persen mengalami penurunan populasi, dan dua pertiganya menurun secara tajam. Kawasan padang rumput, dataran kering, dan wilayah Arktik yang dulu dianggap aman kini menjadi lokasi paling rentan.
Studi ini menggunakan data dari aplikasi eBird, platform pengamatan burung milik Cornell Lab of Ornithology, dalam salah satu proyek citizen science terbesar sejauh ini. Dengan memodelkan data dari 2007 hingga 2021, peneliti dapat memetakan perubahan populasi dalam blok-blok seluas 27 kilometer persegi di seluruh Amerika Utara.
“Kami ingin mengetahui secara spesifik di mana burung mengalami penurunan, bukan hanya apakah populasinya naik atau turun secara umum,” kata Alison Johnston dari Universitas St Andrews, Inggris, yang memimpin studi ini, dikutip dari the Guardian, Rabu (7/5/2025).
Temuan penting dari penelitian ini adalah daerah yang dulunya subur dan cocok untuk burung kini justru menjadi lokasi dengan tingkat penurunan tertinggi. “Ini menunjukkan adanya perubahan mendasar pada lingkungan kita. Burung-burung seperti burung kenari di tambang batu bara,” ujar Johnston, merujuk pada indikator krisis ekologis.
Meskipun penyebab pasti belum diketahui, peneliti menduga perubahan iklim dan degradasi habitat menjadi faktor utama. Beberapa lokasi bahkan menunjukkan penurunan lebih dari 10 persen per tahun.
Studi ini juga menemukan bahwa 97 persen spesies memiliki setidaknya satu area dengan pertumbuhan populasi, seperti di Pegunungan Appalachia dan wilayah barat. Informasi ini dianggap penting untuk menyusun strategi konservasi yang lebih tepat sasaran.
“Data berskala kecil ini memberi cara baru dalam mendeteksi dan merespons penurunan populasi,” kata Amanda Rodewald dari Cornell Lab of Ornithology. “Ini adalah pengubah permainan dalam konservasi.”
Menanggapi hasil studi, Ian Burfield dari BirdLife International menyebut pendekatan ini menunjukkan pentingnya pengumpulan data lapangan, termasuk di wilayah tropis yang kaya keanekaragaman hayati.