Selasa 13 May 2025 20:36 WIB

Cegah Kebakaran Lahan Sawit Saat Kemarau, Ini Langkah Gapki

Pencegahan kerja sama membutuhkan kerja sama semua pihak.

Helikopter MI-18Mtv milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pemadaman kebakaran lahan dari udara (water bombing) di perkebunan kelapa sawit di Pedamaran, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Senin (26/7/2021). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menerjunkan satu helikopter Kamov Ka-32 dan satu helikopter MI-18 Mtv untuk melakukan pemadaman dari udara di kawasan tersebut.
Foto: ANTARA /NOVA WAHYUDI
Helikopter MI-18Mtv milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pemadaman kebakaran lahan dari udara (water bombing) di perkebunan kelapa sawit di Pedamaran, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Senin (26/7/2021). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menerjunkan satu helikopter Kamov Ka-32 dan satu helikopter MI-18 Mtv untuk melakukan pemadaman dari udara di kawasan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengajak seluruh pemangku kepentingan industri sawit untuk melakukan konsolidasi dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya menjelang musim kemarau mendatang.

Sekretaris Jenderal Gapki, M Hadi Sugeng, menyatakan bahwa pencegahan dan penanganan karhutla membutuhkan kerja sama lintas pihak. Saat ini, sebanyak 752 perusahaan anggota Gapki telah menerapkan standar penanganan karhutla.

Baca Juga

“Meskipun belum semua perusahaan sawit tergabung dalam Gapki, kami tetap merangkul seluruh stakeholder industri ini untuk bersama-sama melakukan pencegahan karhutla,” ujar Hadi Sugeng dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (13/5/2025).

Ia menjelaskan bahwa Gapki telah mengembangkan pendekatan pencegahan karhutla berbasis lanskap dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari perusahaan sawit, lembaga pemerintah, hingga organisasi masyarakat seperti Masyarakat Peduli Api (MPA).

Selain sosialisasi, lanjutnya, merespons imbauan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), perusahaan anggota Gapki juga melakukan standardisasi sumber daya manusia melalui pelatihan dan sertifikasi.

Upaya pencegahan lainnya dilakukan melalui modifikasi cuaca, penyusunan standar kelengkapan sarana dan prasarana, serta imbauan rutin kepada perusahaan untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

Perusahaan juga memetakan area rawan titik api dan memastikan ketersediaan sumber air di lokasi tersebut. Selain itu, sejumlah perusahaan telah memanfaatkan teknologi drone dengan jangkauan terbang lebih dari 30 kilometer.

“Sarana dan prasarana yang tersedia dalam kondisi baik dan terawat telah dimiliki oleh perusahaan-perusahaan anggota Gapki di seluruh Indonesia, juga kepatuhan terhadap regulasi,” ujar Hadi Sugeng.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengimbau para pelaku industri sawit untuk meningkatkan koordinasi dan konsolidasi dengan Gapki dalam menghadapi musim kemarau 2025. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi munculnya titik-titik api di area rawan kebakaran.

“Kami mengimbau perusahaan-perusahaan sawit agar bergabung dengan Gapki guna memudahkan penanganan kebakaran lahan. Pencegahan dan penanganan karhutla harus terorganisir dengan baik,” ujarnya saat Konsolidasi Kesiapan Personel dan Peralatan Pengendalian Kebakaran Lahan di Provinsi Riau.

Menteri Hanif juga berharap kesiapsiagaan Gapki dalam menghadapi musim kemarau tahun ini dapat diimplementasikan secara merata di seluruh lokasi industri sawit di Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement