Rabu 28 May 2025 09:30 WIB

Bandung Jadi Lokasi Uji Coba Pengurangan Sampah Makanan Berbasis Perilaku

Perubahan besar bisa dimulai dari tindakan kecil di dapur.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Sampah makanan (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Sampah makanan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Konsorsium World Resources Institute (WRI) Indonesia memulai uji coba intervensi berbasis riset untuk mengurangi sisa pangan dan sampah makanan di Kota Bandung. Kegiatan ini dilakukan di RW 07 Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astana Anyar, sebagai bagian dari program global Urban Futures.

Program ini bertujuan membangun sistem pangan perkotaan yang inklusif dan tangguh terhadap perubahan iklim, dengan menjadikan generasi muda sebagai agen perubahan. Kolaborasi dengan lembaga desain kebijakan Advislab turut memperkuat pendekatan intervensi berbasis perilaku.

Baca Juga

Model intervensi yang diujicobakan mencakup kompetisi antar-RT dalam mengurangi sampah makanan, sistem kupon berhadiah untuk mendorong partisipasi warga, serta penyebaran media visual edukatif seperti poster dan stiker di lingkungan warga.

Uji coba berlangsung dari Mei hingga Juli 2025, mencakup 263 rumah tangga di tujuh RT. Kota Bandung sendiri selama bertahun-tahun menghadapi krisis pengelolaan sampah. Data Badan Pusat Statistik mencatat produksi sampah harian mencapai 1.594 ton, dengan 44,5 persen di antaranya merupakan sisa pangan dan sampah makanan (2022).

Jenis limbah ini menjadi penyumbang terbesar di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang kini sudah kelebihan kapasitas, sehingga memicu krisis pengangkutan sampah kota.

“Kota Bandung menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah makanan,” ujar Sri Noor Chalidah, Manajer Proyek Urban Futures WRI Indonesia, Selasa (27/5/2025). “Melalui Urban Futures, kami ingin mengurangi volume sisa pangan sekaligus membangun kebiasaan baru di tingkat rumah tangga.”

Untuk mendukung hal ini, WRI menggandeng Advislab merancang pendekatan berbasis data serta mendampingi pelaksanaan program di lapangan.

Riset WRI Indonesia sejak 2024 menunjukkan, total sisa pangan dan sampah makanan di RW 07 Nyengseret diperkirakan mencapai 540.834 kilogram per tahun—jumlah yang menunjukkan potensi besar untuk pengelolaan limbah secara mandiri berbasis komunitas.

“Urban Futures percaya transformasi kota masa depan harus dimulai dari ketahanan pangan dan kesadaran lingkungan di rumah tangga,” kata Laily Himayati, Koordinator Regional Urban Futures dari Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial.

Ia menekankan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tindakan kecil di dapur, yaitu dengan merencanakan belanja, membeli sesuai kebutuhan, memasak secukupnya, hingga mengelola sisa makanan dengan bijak.

Direktur Penelitian dan salah satu pendiri Advislab, Talitha Chairunissa, mengatakan bahwa sasaran uji coba adalah meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan lebih dari 200 rumah tangga dalam mengelola limbah makanan mereka.

“Harapan kami, uji coba ini tidak hanya membentuk perubahan jangka pendek, tapi juga membangun fondasi kesadaran yang berkelanjutan,” kata Talitha.

Ia menambahkan, pendekatan riset partisipatif ini juga melibatkan anggota Karang Taruna sebagai aktor utama perubahan. Generasi muda diposisikan sebagai penggerak transformasi sistem pangan kota.

Camat Astana Anyar, Amir Jarkasih, menyambut baik inisiatif ini. Menurutnya, kolaborasi Urban Futures sejalan dengan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang sedang dikembangkan di wilayahnya.

“Kami berharap uji coba ini dapat menjadi contoh praktik baik yang bisa direplikasi di wilayah lain di Kota Bandung,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement