REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding Perkebunan Nusantara, PT Perkebunan Nusantara III (Persero), bersama Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 3 Megawatt (MW) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumatera Utara. Inisiatif ini bagian dari komitmen jangka panjang optimalisasi potensi energi terbarukan nasional dan menarik lebih banyak investor ke KEK Sei Mangkei sebagai kawasan industri berwawasan lingkungan.
Direktur Utama PTPN III (Persero) Denaldy Mulino Mauna, mengatakan PTPN Group berkomitmen mengembangkan EBT. "Salah satunya dengan peluncuran Eco Cycle untuk memastikan pemanfaatan seluruh limbah industri PTPN Group untuk program ekonomi sirkular,” ujar dia. Denaldy ikut menyaksikan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama oleh kedua belah pihak.
"PTPN III bersama PNRE akan terus berkerja sama mengoptimalkan pemanfaatan EBT lainnya seperti program pengembangan Biodiesel untuk mendukung program B50 Pemerintah, program pengembangan Bioetanol, serta pengembangan Bioavtur (SAF),” ujar dia menambahkan.
Kerja sama PLTS 3 MW di KEK Sei Mangkei merupakan sinergi lanjutan antara PTPN III dan PNRE. Sebelumnya telah terjalin kerja sama Bangun Guna Serah (BGS) PLTS berkapasitas 2 MW di KEK Sei Mangkei dan telah beroperasi sejak September 2021 hingga saat ini.
Denaldy menyatakan PTPN III selaku Holding BUMN perkebunan dan pemegang izin wilayah usaha (wilus) di KEK Sei Mangkei, berkomitmen mengembangkan EBT guna mendukung target kebijakan EBT dalam bauran energi nasional. Termasuk mewujudkan program Asta Cita pemerintah khususnya dalam bidang ketahanan atau kemandirian energi.
“Kolaborasi BUMN seperti ini akan menjadi pondasi penting bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan di Indonesia,” kata Denaldy.
Perjanjian Kerja Sama Pengembangan Energi Baru Terbarukan ditandatangani oleh Direktur Bisnis Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Ryanto Wisnuardhy, dan CEO Pertamina NRE, John Anis.
Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Oki Muraza, mengatakan sinergi dua BUMN ini merupakan bagian dari upaya bersama mempercepat pengembangan teknologi energi hijau di Indonesia. “Harapannya, kolaborasi ini dapat diperluas ke sektor lain seperti biodiesel (FAME), Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan bioethanol, sehingga memperkuat ekosistem energi terbarukan nasional secara menyeluruh," katanya.
Ryanto Wisnuardhy menambahkan PLTS berkapasitas 3 MW ini memiliki potensi menurunkan emisi karbon sebesar 4.100 ton CO₂e per tahun. Setara 102.500 ton CO₂ selama 25 tahun masa kerja sama. Hal ini tidak hanya berkontribusi terhadap pencapaian target dekarbonisasi nasional, tetapi juga membuka peluang nilai tambah melalui skema perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon).
Dengan estimasi produksi mencapai 103.000 MWh selama 25 tahun, PLTS ini diharapkan mampu menjamin pasokan energi hijau secara berkelanjutan kepada tenant-tenant di KEK Sei Mangkei. Ryanto menegaskan pengembangan EBT akan terus menjadi agenda strategis PTPN Group.
Selain PLTS, saat ini PTPN juga tengah mengembangkan proyek-proyek EBT lainnya melalui kemitraan strategis. Ia menyontohkan pembangunan pabrik biodiesel di KEK Sei Mangkei, pengembangan Compressed Biomethane Gas (CBG) dari limbah cair kelapa sawit (POME), pembangunan pabrik bioetanol di Glenmore, Jawa Timur, serta proyek Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bioavtur di KEK Sei Mangkei.