REPUBLIKA.CO.ID, COPENHAGEN — Ilmuwan memperingatkan bahwa kerusakan hutan di Eropa akibat penebangan berlebihan, kebakaran, kekeringan, dan hama dapat mengurangi kemampuan hutan menyerap karbon, yang pada akhirnya mengancam target pemangkasan emisi Uni Eropa. Blok tersebut telah berkomitmen untuk mencapai nol emisi pada 2050, dengan penyerapan karbon dari hutan sebagai bagian penting dalam mencapai target tersebut.
Hutan diharapkan mampu menyerap jutaan ton emisi karbon dioksida dan menyimpannya di pohon maupun tanah, sebagai kompensasi atas polusi industri.
Namun, target ini semakin diragukan. Berdasarkan penelitian Pusat Penelitian Gabungan (JRC) Uni Eropa, kemampuan hutan Eropa dalam menyerap karbon selama 2020–2022 tercatat tiga kali lipat lebih rendah dibandingkan periode 2010–2014.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Nature, disebutkan bahwa pada periode terbaru, hutan-hutan Eropa hanya menyerap sekitar 322 juta ton karbon dioksida ekuivalen per tahun. Data terbaru dari negara-negara anggota Uni Eropa bahkan menunjukkan angka yang lebih rendah.
“Tren ini, dikombinasikan dengan penurunan daya tahan hutan Eropa, mengindikasikan bahwa target-target iklim Uni Eropa yang bergantung pada penyerapan karbon kini dalam bahaya,” demikian isi penelitian tersebut, Rabu (30/7/2025).
Saat ini, sektor kehutanan dan lahan Uni Eropa hanya mampu mengimbangi sekitar 6 persen dari total emisi gas rumah kaca tahunan blok tersebut. Angka ini kurang 2 persen dari jumlah yang diperlukan untuk mencapai target iklim. Diperkirakan kesenjangan ini akan semakin melebar pada 2030.
Profesor ekologi dan ilmu tanah dari Polytechnic University of Madrid, Agustín Rubio Sánchez, mengatakan bahwa mengandalkan hutan untuk memenuhi target iklim hanyalah “angan-angan belaka.”
“Hutan memang dapat membantu, tetapi tidak dalam kapasitas untuk menyeimbangkan seluruh anggaran karbon,” ujar Sánchez.
Temuan ini menjadi tantangan politik yang rumit bagi pemerintah Uni Eropa, yang tengah merundingkan target iklim 2040 yang baru dan bersifat mengikat secara hukum. Uni Eropa ingin menggunakan hutan untuk mengimbangi polusi yang tidak dapat dihilangkan oleh industri. Namun, beberapa pihak telah memperingatkan bahwa langkah tersebut mungkin tidak realistis.
“Apa yang harus kita lakukan ketika ada faktor-faktor yang tidak sepenuhnya bisa kita kendalikan—seperti kebakaran hutan atau kekeringan?” kata Menteri Lingkungan Hidup Swedia, Romina Pourmokhtari, dalam konferensi pers pekan lalu.
Penelitian JRC menyebutkan bahwa penebangan hutan berlebihan, kebakaran hutan, kekeringan akibat perubahan iklim, serta wabah hama menjadi penyebab menurunnya kapasitas hutan dalam menyerap karbon.
Meski demikian, beberapa risiko masih dapat dikelola. Upaya seperti mengurangi intensitas penebangan atau menanam lebih banyak spesies pohon yang beragam dapat meningkatkan kemampuan hutan menyimpan karbon dioksida, sekaligus membantu hutan bertahan menghadapi iklim ekstrem dan serangan hama.