Ahad 07 Sep 2025 15:22 WIB

Kebakaran Hutan di Spanyol dan Portugal Kian Parah Akibat Perubahan Iklim

Kondisi cuaca saat ini 30 persen lebih ekstrem ketimbang masa lalu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Kebakaran hutan di pulau Tenerife, Spanyol.
Foto: AP
Kebakaran hutan di pulau Tenerife, Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID – Perubahan iklim semakin memperbesar ancaman kebakaran hutan di Semenanjung Iberia. Analisa terbaru World Weather Attribution (WWA) menyebut gelombang panas kering dan berangin membuat kemungkinan karhutla di Spanyol dan Portugal meningkat hingga 40 kali lipat dibandingkan era pra-industri.

WWA menegaskan, kondisi cuaca saat ini 30 persen lebih ekstrem ketimbang masa lalu. Pada Juli dan Agustus lalu, ratusan titik kebakaran melanda Iberia, diperparah suhu di atas 40 derajat Celsius dan tiupan angin kencang yang mempercepat sebaran api.

Baca Juga

Kebakaran tahun ini menewaskan delapan orang, memaksa lebih dari 35 ribu orang dievakuasi, serta melahap 640 ribu hektare lahan, setara dua pertiga luas Eropa. Pemerintah setempat menyebut sebagian besar kebakaran kini mulai terkendali seiring penurunan suhu.

“Perubahan iklim memperburuk kondisi panas, kering, dan mudah terbakar, serta meningkatkan intensitas api ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar peneliti Centre of Environmental Policy Imperial College London, Clair Barnes, pada pertengahan pekan.

WWA menggarisbawahi bahwa tanpa perubahan iklim, kondisi 10 hari terpanas di Spanyol bulan Agustus lalu hanya akan terjadi setiap 500 tahun sekali. Analisa ini bukan atribusi penuh karena hanya memakai data observasi cuaca, tanpa model iklim kompleks, sehingga tidak menghasilkan angka probabilitas yang pasti.

Meski begitu, temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya. Studi WWA lain tentang kebakaran di Turki, Yunani, dan Siprus yang berbasis atribusi penuh menyimpulkan perubahan iklim membuat cuaca rawan kebakaran di kawasan itu 10 kali lebih mungkin terjadi.

“Meskipun kebakaran adalah karakteristik iklim Mediterania, perubahan iklim akibat manusia meningkatkan frekuensi dan intensitas kondisi yang memicu kebakaran, serta mempersulit pengendalian api,” kata ilmuwan iklim Komisi Energi Alternatif dan Energi Atom Prancis, Valérie Masson-Delmotte.

Faktor sosial-ekonomi juga memperburuk situasi. Urbanisasi di Spanyol dan Portugal membuat banyak lahan pedesaan terbengkalai, ditumbuhi vegetasi kering yang menjadi bahan bakar api. Peneliti menilai pengelolaan vegetasi lewat alat mekanis, penggembalaan, hingga pembakaran terkendali penting untuk menekan risiko karhutla.

Profesor Universitas Lisbon, Ricardo Trigo, menambahkan lemahnya tata kelola hutan memperparah masalah. “Sejak 1970-an, penelantaran besar-besaran di wilayah pedesaan memungkinkan bahan bakar halus terakumulasi hingga tingkat berbahaya, diperparah oleh pengelolaan kehutanan yang tidak memadai,” kata Trigo.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement