Selasa 21 Oct 2025 13:19 WIB

Jelang COP30, Brasil dan UNDP Perkenalkan Skema Pendanaan untuk Konservasi Hutan

Skema ini dirancang sebagai mekanisme pembiayaan berbasis kinerja.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Siswa dari SDN 012 Muara Bio mengikuti pembelajaran tentang ekosistem hutan di Rumah Belajar Konservasi dan Ekowisata (RBKE) di kawasan Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (11/12/2024). Kegiatan edukasi ekowisata tersebut dilakukaan untuk mengenalkan tentang keanekaragaman hayati sejak dini kepada warga sekitar yang ada di kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling sehingga dapat mengenali dan menjaga lingkungannya. Sementara, keberadaan Rumah Belajar Konservasi dan Ekowisata (RBKE) yang didampingi Indonesian Ecotourism Network tersebut menjadi tempat pembelajaran di ruangan terbuka yang dapat dimanfaatkan warga sekitar.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Siswa dari SDN 012 Muara Bio mengikuti pembelajaran tentang ekosistem hutan di Rumah Belajar Konservasi dan Ekowisata (RBKE) di kawasan Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (11/12/2024). Kegiatan edukasi ekowisata tersebut dilakukaan untuk mengenalkan tentang keanekaragaman hayati sejak dini kepada warga sekitar yang ada di kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling sehingga dapat mengenali dan menjaga lingkungannya. Sementara, keberadaan Rumah Belajar Konservasi dan Ekowisata (RBKE) yang didampingi Indonesian Ecotourism Network tersebut menjadi tempat pembelajaran di ruangan terbuka yang dapat dimanfaatkan warga sekitar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Brasil bersama Program Pembangunan PBB (UNDP) memperkenalkan Tropical Forest Forever Facility (TFFF), sebuah mekanisme pendanaan baru yang dirancang untuk mendukung pembiayaan jangka panjang dan berkelanjutan bagi konservasi hutan tropis. Inisiatif tersebut dipaparkan dalam lokakarya regional di Jakarta, Senin (20/10/2025), yang dihadiri perwakilan negara-negara ASEAN, diplomat, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil.

Menurut UNDP, lokakarya ini menjadi langkah penting menuju peluncuran resmi TFFF yang dijadwalkan berlangsung pada Konferensi Tingkat Tinggi Pemimpin Dunia dalam COP30 di Belém, Brasil, 6 November mendatang. Negara-negara ASEAN, yang memiliki kawasan hutan tropis dengan keanekaragaman hayati tinggi dan kapasitas penyerapan karbon yang signifikan, didorong untuk memanfaatkan peluang kolaborasi internasional ini guna memperkuat upaya perlindungan ekosistem hutan.

TFFF merupakan inisiatif yang dipimpin Brasil bersama komite pengarah sementara yang terdiri dari negara-negara tropis seperti Kolombia, Republik Demokratik Kongo, Ghana, Indonesia, dan Malaysia, serta didukung oleh lima negara sponsor.

Skema ini dirancang sebagai mekanisme pembiayaan berbasis kinerja, yang memberikan penghargaan kepada negara-negara tropis atas keberhasilan mereka dalam menjaga hutan dan menyediakan insentif ekonomi jangka panjang bagi upaya konservasi.

“TFFF merupakan contoh nyata bagaimana negara-negara di kawasan Global South merancang solusi atas tantangan yang mereka hadapi bersama,” kata Resident Representative UNDP Indonesia, Sara Ferrer Olivella, dalam siaran pers yang diterima pada Selasa (21/10/2025).

Ia menambahkan, peran ASEAN penting dalam membentuk kerangka kerja yang transparan dan memastikan manfaatnya menjangkau masyarakat lokal.

Penasihat Bidang Ekonomi pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Brasil, André Aquino, menyebut TFFF sebagai pendekatan baru yang memberikan nilai ekonomi terhadap jasa ekosistem hutan tropis. Mekanisme ini menggabungkan sumber pembiayaan publik dan swasta (blended finance), sehingga dapat menyediakan sumber daya finansial dalam skala besar yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat adat dan komunitas lokal yang menjaga serta memulihkan kawasan hutan.

Brasil menunjukkan komitmennya terhadap inisiatif ini dengan menyumbang dana awal sebesar 1 miliar dolar AS. Duta Besar Brasil untuk ASEAN, Henrique Ferraro, menyatakan bahwa TFFF sejalan dengan upaya negara-negara Asia Tenggara untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan transisi menuju ekonomi netral karbon.

Direktur Kerja Sama Eksternal ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Ida Bagus Made Bimantara, menyambut baik peluncuran TFFF. Ia menilai skema tersebut sebagai langkah konkret untuk menutup kesenjangan pendanaan iklim dan memastikan hutan tropis tetap lestari.

“Dukungan terhadap inisiatif seperti ini sangat penting agar hutan tropis terus berkontribusi pada stabilitas iklim global dan pelestarian keanekaragaman hayati,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement