Senin 08 Sep 2025 08:19 WIB

Efek Aerosol Berkurang, Pemanasan Global Makin Terlihat Nyata

Pendinginan semu dari aerosol tidak bisa diandalkan untuk melawan pemanasan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Pemanasan global (ilustrasi)
Foto: www.ctv.ca
Pemanasan global (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam laporan terbarunya bertajuk “Air Quality and Climate Bulletin” menyoroti peran aerosol yang selama ini menyamarkan laju pemanasan global sesungguhnya. Aerosol adalah partikel kecil padat atau cair di udara yang dapat memberi efek ganda, memanaskan atau mendinginkan atmosfer tergantung komposisinya.

Aerosol gelap seperti karbon hitam dari pembakaran bahan bakar solar dan biomassa menyerap panas matahari sehingga meningkatkan suhu atmosfer serta mempercepat pencairan es. Sebaliknya, aerosol terang seperti sulfat memantulkan radiasi matahari ke luar angkasa, memberi efek pendinginan sementara, namun kemudian jatuh ke permukaan sebagai hujan atau salju asam.

Kebijakan global membatasi polusi turut mengubah dinamika ini. Regulasi International Maritime Organization (IMO) pada 2020 yang melarang penggunaan bahan bakar kapal tinggi sulfur berhasil menurunkan emisi sulfur dioksida dan partikel halus PM2.5, sehingga mengurangi risiko kesehatan serius seperti kematian dini dan asma pada anak-anak.

Namun, efek samping tak terduga muncul. Sebelum pembatasan, emisi sulfur membuat awan lebih terang sehingga membantu mendinginkan bumi.

Kini, dengan berkurangnya emisi sulfur, lapisan “penutup” pendinginan itu ikut hilang. “Pengurangan emisi sulfur dioksida berkontribusi pada kenaikan suhu sekitar 0,04 derajat pada 2025. Ini bukan pemanasan oleh aerosol, melainkan hilangnya efek pendinginan yang menyamarkan pemanasan gas rumah kaca,” kata pejabat ilmiah WMO Lorenzo Labrador, Ahad (7/9/2025), dikutip dari Health Policy Watch.

Laporan WMO yang didukung tiga model atmosfer internasional, yaitu CAMS milik Uni Eropa, GMAO NASA, dan SILAM Finlandia, menunjukkan kesimpulan yang konsisten.

Kesimpulan itu yakni pendinginan semu dari aerosol tidak bisa diandalkan untuk melawan pemanasan. Karena itu, WMO menegaskan pentingnya memperkuat pemantauan atmosfer, termasuk melalui jaringan darat yang masih terbatas di negara berkembang.

Meski demikian, laporan juga menegaskan hasil positif dari kebijakan pengendalian polusi. “Ketika negara, wilayah, atau kota mengambil langkah untuk melawan polusi udara, hasilnya terlihat. Di banyak kawasan, kualitas udara meningkat signifikan,” kata Kepala Global Atmosphere WMO, Paolo Laj.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement