Ahad 12 Oct 2025 13:16 WIB

Astra Agro Terapkan Intensifikasi Berkelanjutan

Produktivitas sawit ditingkatkan tanpa membuka lahan baru.

Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, Djap Tet Fa, saat menghadiri forum Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025.
Foto: Astra Agro
Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, Djap Tet Fa, saat menghadiri forum Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) menilai masa depan industri kelapa sawit tidak hanya bergantung pada peningkatan hasil panen, tetapi juga pada bagaimana produktivitas tersebut dicapai secara berkelanjutan tanpa menambah tekanan terhadap lingkungan. Perusahaan menekankan pentingnya inovasi, riset, serta kemitraan dengan petani sebagai fondasi dalam menjaga ketahanan pangan jangka panjang.

“Di Astra Agro Lestari, kami membangun model pertanian yang inklusif, berbasis teknologi, dan ramah lingkungan. Model yang mampu menjamin ketahanan pangan masa depan melalui perpaduan antara inovasi, kemitraan, dan keberlanjutan,” kata Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, Djap Tet Fa, dalam siaran pers yang diterima pada Ahad (12/10/2025). Hal tersebut disampaikan Djap dalam forum Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025, Jumat (10/10).

Djap menjelaskan strategi perusahaan berfokus pada konsep sustainable intensification, yaitu meningkatkan produktivitas dari lahan yang sudah ada tanpa membuka lahan baru. Pendekatan ini dilakukan melalui peremajaan kebun dengan varietas unggul, riset pupuk hayati untuk memperbaiki kualitas tanah sekaligus mengurangi emisi, serta pemanfaatan teknologi seperti drone dan kecerdasan buatan untuk memantau kesehatan kebun secara presisi.

“Kami tidak melihat keberlanjutan sebagai hambatan bagi pertumbuhan. Justru di situlah masa depan industri sawit. Produktivitas yang tinggi tidak boleh dicapai dengan mengorbankan lingkungan,” ujar Djap.

Ia juga menekankan pentingnya kemitraan publik–swasta dalam menjaga ketahanan pangan. Astra Agro, lanjutnya, memastikan petani kecil memiliki akses terhadap bibit unggul, pupuk, pembiayaan, dan pelatihan. “No one left behind. Ketika petani memiliki alat, keterampilan, dan akses pasar, mereka bukan hanya pemasok, tetapi mitra strategis dalam menjaga ketahanan pangan nasional,” katanya.

Program kemitraan tersebut mencakup pelatihan pengelolaan hama, pemupukan presisi, serta digitalisasi rantai pasok, termasuk perencanaan distribusi hasil panen dan pemantauan harga secara real-time. Perusahaan juga mengadopsi standar Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan kebijakan tanpa deforestasi, konservasi lahan gambut, serta penghormatan terhadap hak asasi manusia (NDPE).

Pandangan Astra Agro tentang perlunya keseimbangan antara produktivitas dan keberlanjutan sejalan dengan pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam sambutannya di IISF 2025 menyebut bahwa negara berkembang seperti Indonesia tidak dapat meniru begitu saja pola pembangunan negara maju.

“Tidak ada satu formula yang cocok untuk semua. Kita tidak bisa mencapai kemajuan dengan mengorbankan lingkungan atau stabilitas keuangan. Investasi dan keberlanjutan harus berjalan beriringan,” ujar AHY.

Menurut AHY, langkah-langkah realistis seperti kolaborasi lintas sektor dan penguatan kapasitas pelaku usaha menjadi kunci dalam menciptakan sistem pangan yang tangguh di tengah tekanan perubahan iklim dan dinamika ekonomi global.

Melalui pendekatan yang menekankan kemitraan, teknologi, dan inovasi, Astra Agro menilai produktivitas dan keberlanjutan bukan dua tujuan yang bertentangan, melainkan dua sisi dari strategi yang sama dalam menghadapi tantangan industri sawit ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement