REPUBLIKA.CO.ID, BELÉM — Sekretaris Eksekutif Kantor Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) Simon Stiell kembali mendesak para perunding iklim untuk meningkatkan ambisi dan mempercepat kemajuan menjelang fase tingkat menteri Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30). Di sesi stocktake plenary pada Sabtu (15/11/2025) malam, Stiell menegaskan waktu semakin sempit untuk memastikan Perjanjian Paris tetap berada di jalur pencapaian.
Stiell memuji semangat kerja para delegasi sepanjang pekan pertama, namun meminta mereka “mendorong lebih jauh” untuk menyelesaikan pekerjaan teknis sebelum para menteri tiba. “Pada akhirnya, Perjanjian Paris adalah milik Anda untuk dipertahankan dan dijalankan. Rakyat Anda yang akan merasakan manfaatnya,” kata Stiell berdasarkan transkrip yang dirilis PBB.
Ia mengingatkan sejumlah isu krusial masih memerlukan kompromi antarnegara. Menurut Stiell, proses negosiasi hanya dapat menghasilkan kesepakatan kuat jika para delegasi bersedia mendengarkan dan memahami prioritas negara lain. “Isu yang mungkin bukan prioritas bagi Anda, jelas merupakan prioritas bagi negara lain,” katanya.
Stiell menegaskan keberhasilan COP30 sangat bergantung pada kemampuan negara-negara untuk menemukan titik temu. “Jika Anda tidak menyelaraskan dan menemukan landasan bersama pada isu penting bagi pihak lain, COP30 tidak akan menghasilkan luaran yang menunjukkan Paris masih bekerja,” ujarnya.
Ia mendorong para delegasi untuk aktif berdialog dan mencari kesepakatan, bahkan “di lorong-lorong” arena perundingan. Ia menyebut tekanan publik dan kondisi global sebagai pengingat bahwa hasil konkret di Belém sangat dibutuhkan.
“Kita diingatkan lagi minggu ini oleh para demonstran di jalanan, oleh badai yang menghantam banyak negara, oleh prospek dunia yang lebih panas, lebih miskin, dan kurang sehat,” kata Stiell. “Kerugian manusia dan ekonomi ini tidak bisa ditanggung negara mana pun.”
Menutup pernyataannya, Stiell menyerukan percepatan kerja jelang pekan kunci dalam perundingan. “Tidak ada waktu tersisa. Mari kembali bekerja,” ujarnya.