Jumat 22 Sep 2023 23:05 WIB

Pakar Kritik Tata Kelola Perumahan Indonesia yang Membelakangi Sungai, Kenapa?

Tata kelola perumahan di Indonesia dinilai kerap kali membelakangi sungai.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pakar mengkritik tata kelola perumahan di Indonesia yang kerap membelakangi sungai.
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Pakar mengkritik tata kelola perumahan di Indonesia yang kerap membelakangi sungai.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUPATEN BOGOR -- Pakar Bioteknologi Lingkungan, Firdaus Ali, mengkritik tata kelola perumahan di Indonesia yang kerap membelakangi sungai. Hal ini pada akhirnya membentuk pola pikir di masyarakat bahwa sungai adalah tempat membuang hajat. 

“Saya dari lama sudah selalu bilang, kok ya bikin rumah itu pada ngebelakangin sungai. Sungai yang seharusnya dijaga kan pada akhirnya dijadikan pembuangan sampah, buang hajat,” kata Firdaus Ali saat diwawancarai usai mengisi seminar di Universitas Pertahanan, Sentul, Kabupaten Bogor, Jumat (22/9/2023).

Baca Juga

Ia kemudian mengatakan bahwa mayoritas air sungai di Indonesia sangat kotor, bau, dan dipenuhi sampah. Padahal, seharusnya sungai menjadi tempat penampungan air hujan, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk sumber air minum.

“Coba lihat sungai di luar negeri, airnya itu bersih, tidak bau, enggak ada sampah juga. Sangat jauh keadaannya dengan Indonesia,” tegas Firdaus.

Menurut dia, seharusnya sungai dianggap sebagai sesuatu yang berharga. Salah satu cara untuk membuatnya berharga adalah dengan memberikan nama tokoh pada setiap sungai di Indonesia.

“Ya kasih nama aja, seperti halnya jalan. Menurut saya kalau sungai diberi nama gitu orang akan lebih menjaga,” kata dia.

Firdaus mengatakan bahwa ancaman krisis air di Indonesia sangatlah nyata. Menurut dia, saat ini, ada banyak daerah-daerah di Indonesia yang kesulitan mengakses air minum. Itu lantaran minimnya serapan dan penampung air hujan seperti sungai atau bendungan disalahgunakan.

“Saya kira pemerintah dan semua stakeholder sudah saatnya untuk melakukan aksi konkret untuk mencegah krisis air,” tegas Firdaus.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement