REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polusi udara dari penggunaan bahan bakar fosil membunuh 5 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya, demikian menurut studi terbaru. Ini menjadi angka kematian yang jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Temuan yang dipublikasikan pada malam menjelang KTT Iklim PBB ke-28 (Conference of Parties/COP28) di Dubai, diharapkan bisa menekan para pemimpin dunia untuk segera mengambil tindakan. Di antara keputusan yang harus mereka ambil dalam konferensi adalah apakah mereka akan menyetujui untuk secara bertahap menghapus bahan bakar fosil.
Penelitian telah menunjukkan bahwa peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan yang bersih, akan menyelamatkan banyak nyawa dari polusi udara dan membantu memerangi pemanasan global. Namun hingga saat ini, perkiraan angka kematian masih sangat bervariasi.
Sebuah studi pemodelan baru menunjukkan bahwa polusi udara, dari penggunaan bahan bakar fosil di industri, pembangkit listrik, dan transportasi, menyumbang 5,1 juta kematian yang dapat dihindari setiap tahunnya secara global. Temuan ini dipublikasikan di jurnal The BMJ.
Kontribusi bahan bakar fosil setara dengan 61 persen dari total perkiraan 8,3 juta kematian di seluruh dunia akibat polusi udara luar ruangan dari semua sumber pada tahun 2019.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara global akan memberikan manfaat kesehatan yang besar, jauh lebih besar daripada yang diindikasikan oleh sebagian besar penelitian sebelumnya,” tulis tim peneliti global di BMJ.
“Data ini mendukung peningkatan pangsa energi bersih dan terbarukan, yang dianjurkan oleh PBB melalui tujuan pembangunan berkelanjutan untuk tahun 2030 dan ambisi netralitas iklim untuk tahun 2050,” tambah peneliti seperti dilansir The Guardian, Kamis (30/11/2023).
Polusi udara merupakan faktor risiko kesehatan lingkungan yang paling utama untuk penyakit dan kematian. Tetapi hanya sedikit penelitian global yang mengaitkan kematian dengan sumber polusi udara tertentu dan hasilnya sangat berbeda.
Untuk mengatasi hal ini, sebuah tim peneliti internasional dari Inggris, Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, dan Siprus, menggunakan model baru untuk memperkirakan kematian akibat polusi udara yang terkait dengan bahan bakar fosil, dan untuk menilai potensi manfaat kesehatan dari kebijakan yang menggantikan bahan bakar fosil dengan sumber energi bersih dan terbarukan.
Mereka menilai kelebihan kematian dengan menggunakan data dari studi Global Burden of Disease 2019, serta data partikulat halus dan populasi berbasis satelit Nasa, serta kimia atmosfer, aerosol, dan pemodelan risiko relatif untuk tahun 2019.