Senin 08 Jan 2024 07:05 WIB

Baliho Kampanye Dipaku di Pohon, Pakar IPB: Bisa Rusak Jaringan Pohon

Kegiatan memaku di pohon bisa ganggu proses fisiologi dan metabolisme.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pengendara roda dua melintas di dekat baliho alat peraga kampanye (APK) di Jalan Ahmad Yani, Kota Bogor, Jawa Barat.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengendara roda dua melintas di dekat baliho alat peraga kampanye (APK) di Jalan Ahmad Yani, Kota Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendekati pemilu, baliho calon legislatif (caleg) dan calon presiden (capres) semakin marak terpaku di pohon-pohon di berbagai daerah Indonesia. Menanggapi hal ini, pemerhati pohon Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof Lina Karlinasari, menegaskan bahwa kegiatan memaku pohon seperti itu dapat menyakiti batang pohon.

Prof Lina menjelaskan, kegiatan pemakuan ataupun yang sejenis seperti pelubangan dapat merusak jaringan pohon dan menjadi titik masuk bagi organisme lain. Seringkali pemakuan dilakukan hingga mencapai bagian massa kayu atau xylem dan menetap atau tertinggal akibatnya dapat mengganggu proses fisiologi dan metabolisme.

Baca Juga

“Pada dasarnya batang pohon melakukan upaya proteksi diri alami dengan keberadaan kulit (floem), namun apabila masuk sampai ke bagian dalam (xylem) maka secara unik pohon akan melakukan upaya pertahanan diri. Hal ini dilakukan melalui mekanisme produksi senyawa kimia untuk menahan patogen. Mekanismenya dilakukan melalui pembentukan dinding atau kompartemen yang dikenal dengan istilah CODIT (compartmentalization of decay in tree),” kata Prof Lina saat dihubungi Republika, dikutip Senin (8/1/2024).

Menurut Prof Lina, terdapat empat proses pembentukan dinding yang membutuhkan waktu cukup lama. Dinding pertama dibentuk untuk menahan sebaran vertikal melalui penutupan sel vessel pada xylem, selanjutnya membentuk dinding kedua untuk menahan penyebaran ke dalam oleh sel-sel kayu akhir yang lebih kompleks dan dengan menyimpan bahan kimia di dalam sel-sel ini.

Dinding ketiga menghambat penyebaran lateral dengan mengaktifkan sel jari-jari untuk melawan pelapukan dikenal sebagai zona reaksi. Lalu dinding keempat merupakan pembentukan jaringan kayu baru dan melindungi terhadap penyebaran pelapukan.

Namun seringkali pohon gagal dalam membentuk dinding pertahanan atau CODIT secara sempurna terutama akibat serangan jamur pelapuk yang masuk secara agresif. Akibatnya bagian pohon akan tetap mengalami pelapukan parah dan dapat menyebabkan pelemahan hingga rapuh yang berakibat kegagalan pohon, misalnya batang menjadi rapuh.

Berbeda pada kelompok pohon palem. Menurut Prof Lina, pohon jenis ini tidak memiliki mekanisme pembentukan “dinding pertahanan” atau CODIT seperti jenis pohon berkayu. Akibatnya jenis pohon palem-paleman tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki pertumbuhannya akibat adanya luka.

“Karenanya seringkali dijumpai di lapangan luka atau lubang pada pohon palem tetap ada dan terbuka, membusuk, dan lama kelamaan pohon palem tersebut mati,” tegas Prof Lina yang juga menjabat sebagai Arboris pada Badan Kejuruan Teknik Kehutan (BKTHut) PII.

Prof Lina mengatakan bahwa pohon yang telah dipaku harus segera diberikan perawatan agar tidak mengalami kegagalan pohon. Cara merawatnya dengan menutup lubang pada batang pohon dengan bahan anti air seperti lilin cair/malam atau sejenisnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement