Selasa 16 Jan 2024 15:17 WIB

Psikolog: Bicarakan Masalah Perubahan Iklim kepada Anak dengan Bahasa Sederhana

Penting memberikan pemahaman perubahan iklim kepada anak.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Memberikan pemahaman terkait perubahan iklim kepada anak harus dilakukan dengan cara sederhana (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Memberikan pemahaman terkait perubahan iklim kepada anak harus dilakukan dengan cara sederhana (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Karenanya penting untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana kondisi bumi saat ini, tentunya dengan cara-cara yang bisa dimengerti oleh anak.

Psikolog anak dan remaja dari Insight Psikologi, Alfa Restu Mardhika, menjelaskan bahwa anak-anak usia prasekolah sudah bisa mulai diajak bicara mengenai perubahan iklim. Namun untuk topik pembicaraannya pun orang tua harus mulai dari hal-hal yang sederhana dan tidak membuat anak menjadi takut dan cemas.

Baca Juga

“Pertama, jelaskan kepada anak dengan cara sederhana, jangan sampai anak salah nangkep. Misalnya jangan menakuti anak dengan bilang kalau bumi sudah tua, takutnya anak mikir kalau bumi akan kiamat dan semacamnya, terus dia malah jadi cemas,” kata Alfa saat dihubungi Republika, Selasa (16/1/2024).

Ia menyarankan agar orang tua membuka obrolan dengan cara yang lebih positif. Misalnya mengumpamakan bumi dengan sebuah rumah yang perlu dijaga dan dirawat, supaya tetap bagus, bersih, dan nyaman untuk ditinggali. Dengan perumpamaan dan pembicaraan yang positif, kata Alfa, anak akan lebih bisa memahami tanpa kemudian merasa ketakutan.

Yang tidak kalah penting, jelas Alfa, orang tua juga harus memberikan contoh perilaku bagaimana menjaga bumi dan lingkungan. Misalnya dari aksi sederhana seperti mematikan lampu ketika sudah terang atau tidak terpakai, mematikan AC saat tidak digunakan atau keluar rumah, mematikan keran setelah mencuci tangan, atau menanam dan merawat tanaman di halaman rumah.

Setelah memberikan contoh, anak pun harus dilibatkan dalam setiap aksi iklim tersebut. Misalnya ketika sang buah hati lupa mematikan lampu kamar, alih-alih orang tua yang mematikan lampu tersebut, lebih baik orang tua melibatkan sang buah hati dalam mematikan lampu tersebut.

“Kalau anak lupa mematikan lampu misalnya, dari pada kita yang matiin lampunya, mending kita ajak anak untuk mematikannya sendiri sambil diberi pemahaman. Misalnya ‘adek lupa ya matiin lampu, yuk sama ibu matiin lampunya. Hemat listrik bisa membantu menjaga bumi lho dek’. Jadi memang penting bagi orang tua untuk melibatkan anak untuk menyelesaikan masalah itu,” kata Alfa.

Sementara itu, jika anak sudah duduk di kelas 6 sekolah dasar (SD) atau bahkan sudah remaja, maka orang tua bisa mengajak anak untuk berdiskusi dua arah terkait perubahan iklim dan pemanasan global. Tentunya, topik pembahasan harus disesuaikan dengan kemampuan anak.

“Misalnya ada berita soal suhu panas atau polusi, kita sudah bisa mengajak anak yang remaja untuk berdiskusi, meminta pendapat dia tentang hal tersebut, terus kita beri pemahaman juga,” kata Alfa.

Karena itulah, menurut Alfa, penting bagi orang tua untuk selalu belajar dan memperkaya ilmu termasuk yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim dan pemanasan global. Jangan sampai, kata dia, ketika anak bertanya terkait hal tersebut orang tuanya malah tidak paham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement