REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia atau World Bank menyatakan, sektor perdagangan turut berperan dalam ekonomi global agar lebih hijau. Country Director World Bank Indonesia Timor Leste Satu Kahkonen menuturkan, kebijakan perdagangan bisa dihubungkan dengan isu lingkungan. Kebijakan tersebut bisa menciptakan solusi yang menguntungkan semua pihak atau win-win solution demi mendorong kondisi perdagangan yang mendukung industri hijau.
Menurutnya, Indonesia sudah membuat kemajuan dengan mengatur intensitas karbon dalam perdagangan. "Itu sudah ditangani secara baik sejak 2005," ujar dia dalam forum yang digelar Bank Dunia dan Kementerian Perdagangan di Jakarta, Kamis (18/1/2024).
Meski begitu, Kahkonen menilai, dalam hal daya saing dan ekspor berbagai barang hijau dan teknologi, Indonesia belum menyesuaikan dengan permintaan yang ada. Maka, sambung dia, itu harus ditindaklanjuti.
Bank Dunia pun menyusun laporan untuk Indonesia. Dalam laporan tersebut, katanya, ada beberapa pesan yang tercantum.
Pertama, permintaan terkait industri hijau meningkat. Maka Bank Dunia ingin mendorong Indonesia mengisinya secara global dan berkelanjutan.
"Produk manufaktur lainnya di Indonesia punya potensi, diversifikasi produk hijau dan potensi Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara lainnya," jelasnya.
Ia menambahkan, sektor swasta menjadi kunci dalam melaksanakan potensi diversifikasi tersebut, karena teknologi lebih tinggi dan biaya lebih rendah penting.
Pesan kedua, lanjutnya, soal kebijakan perdagangan seperti nontarif yang masih menjadi tantangan bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnis mereka. Bank Dunia memperkirakan, berbagai langkah nontarif bisa menghasilkan biaya yang besar.
Ketiga, kata dia, sudah waktunya menyelaraskan kebijakan perdagangan Indonesia melalui pembangunan hijau. Juga meningkatkan kebijakan agar lebih pro dengan kebijakan hijau.
"Ini peluang kita melakukan reformasi kebijakan perdagangan," tegas dia.
Reformasi yang dimaksud, lanjutnya, bisa mendukung kebijakan Indonesia lebih panjang.