Senin 18 Mar 2024 21:10 WIB

Musim Dingin yang Lebih Panas Picu Tornado dan Hujan Es di AS

Pakar sebut perubahan iklim menjadi pemicu terjadinya badai dan hujan es.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Angin kencang dan salju menutupi jalanan dan kendaraan di Buffalo, New York, Amerika Serikat.
Foto: WKBW via AP
Angin kencang dan salju menutupi jalanan dan kendaraan di Buffalo, New York, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rekor kehangatan musim dingin tahun ini dilaporkan menjadi pendorong utama terjadinya wabah tornado mematikan dan 'hujan es gorilla' yang melanda beberapa bagian Midwest, beberapa waktu lalu. Penamaan hujan es gorilla itu terkait dengan besarnya bongkahan es yang turun.

Sedikitnya tiga orang tewas dalam wabah tornado di Ohio, Kentucky, Indiana, dan Arkansas, yang terjadi sehari setelah hujan es besar menghantam Kansas. Ini menjadi peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengingat wabah tornado seperti itu biasa terjadi pada bulan Mei atau April.

Baca Juga

Menurut pengamatan profesor meteorologi dari Northern Illinois University, Victor Gensini, tornado dan hujan es tersebut bisa terjadi karena terjadinya musim dingin terpanas di AS dan global.

"Untuk mendapatkan badai yang ekstrem dan hujan es yang merusak seperti ini di bagian utara, cuacanya harus hangat," kata Gensini seperti dilansir AP, senin (18/3/2024).

“Adapun agar tornado dan badai dengan hujan es besar dapat terbentuk, diperlukan dua bahan utama: pergeseran angin dan ketidakstabilan,” tambah ilmuwan Laboratorium Badai Dahsyat Nasional, Harold Brooks.

Pergeseran angin (wind shear) yaitu terjadi ketika angin berhembus dengan arah dan kecepatan yang berbeda saat naik ke ketinggian, biasanya terjadi sepanjang musim dingin dan sebagian besar musim semi karena ini adalah fungsi dari perbedaan suhu normal di seluruh AS. Adapun ketidakstabilan, jelas Brooks, udara lembab hangat dan berair yang dekat dengan permukaan tanah yang menjadi ciri khas musim panas.

Hal ini karena biasanya pada musim dingin dan awal musim semi, udara Arktik mengalir ke selatan, mendorong udara lembab yang hangat ke selatan ke Teluk Meksiko, meninggalkan udara dingin yang stabil dan kering sebagai gantinya, kata Matt Elliott, ahli meteorologi koordinasi peringatan untuk Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA). Dan udara sejuk yang stabil itu mencegah terbentuknya tornado dan hujan es besar.

Tapi tidak tahun ini. Menurut para ahli, hanya ada satu Arktik blast tahun ini dan itu terjadi dua bulan yang lalu.

“Saat suhu udara lebih hangat dari biasanya, kita cenderung mengalami lebih banyak tornado hangat di musim dingin. Ini belum tentu merupakan dampak sebab akibat, mungkin keduanya terjadi karena hal yang sama,” kata Brooks.

Gensini mencatat ada lima tornado atau wabah besar di wilayah Midwest atau Great Lakes dalam lima pekan terakhir, yang menurutnya tidak biasa. Aktivitas tornado sepanjang tahun ini jauh lebih sering terjadi di bagian Selatan.

Elliot dari NOAA mengatakan bahwa ini mungkin terlalu dini, tetapi ini adalah waktu di mana badai besar mulai melanda wilayah Midwest. Namun biasanya badai tersebut tidak mencapai puncaknya hingga bulan Mei.

"Apa yang terjadi pekan ini benar-benar merupakan peristiwa musim semi yang biasa terjadi," kata Elliott.

Yang juga membuat wabah di Midwest tidak biasa adalah karena adanya El Nino, meskipun mulai memudar. El Nino alami, yang merupakan pemanasan Pasifik tengah yang mengubah cuaca di seluruh dunia, sering kali menyebabkan lebih sedikit badai parah di Midwest terutama di musim semi. Namun kenyataannya tidak demikian.

Dalam penelitiannya, Gensini dan Adam Sobel dari Columbia University, mengatakan bahwa faktor El Nino hanyalah salah satu dari beberapa variabel dan tidak terlalu mempengaruhi kemungkinannya. Brooks juga mengatakan bahwa dia tidak terlalu mempercayai El Nino sebagai sinyal musim semi.

Peristiwa tornado dan hujan es ekstrem ini juga belum diketahui pasti apakah terkait atau tidak dengan perubahan iklim. Ada begitu banyak masalah yang mempersulit hal ini, termasuk catatan buruk tornado di masa lalu dan tornado yang merupakan peristiwa cuaca kecil untuk model iklim global.

“Dan di antara semua peristiwa cuaca buruk seperti banjir, angin topan, kekeringan, dan gelombang panas, angin puting beliung telah menjadi salah satu permasalahan paling pelik yang berkaitan dengan perubahan iklim. Mungkin ada sesuatu di sana, tapi kemungkinan besar itu hanya faktor kecil,” kata Brooks.

Namun mengingat betapa buruknya suhu dan variabel iklim lainnya, Gensini berpendapat bahwa perubahan iklim cukup berpengaruh pada cuaca buruk.

“Saya belum membuat studi atribusi formal apa pun. Tapi jika Anda melihat bulan Februari dan Maret baru-baru ini dalam hal jumlah tornado, cukup mudah untuk melihat bahwa perubahan sedang terjadi,” kata Gensini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement