Kamis 02 May 2024 09:11 WIB

Studi: Lapisan Es di Kutub Utara Sekarang Jadi Sumber Gas Rumah Kaca

Kenaikan suhu berkontribusi terhadap pencairan lapisan es.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
Gunung es di Kutub Utara.
Gunung es di Kutub Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi menemukan bahwa wilayah lapisan es (permafrost) di Kutub Utara sekarang mengeluarkan lebih banyak gas rumah kaca daripada yang ditangkapnya.

Permafrost mendasari sekitar 14 juta kilometer persegi daratan di dalam dan sekitar Kutub Utara. Tiga meter teratas mengandung sekitar 1 triliun metrik ton karbon dan 55 miliar metrik ton nitrogen.

Baca Juga

Secara historis, wilayah permafrost utara telah menjadi penyerap karbon, karena tanah yang membeku menghambat penguraian mikroba. Namun, kenaikan suhu berkontribusi terhadap pencairan lapisan es dan karenanya meningkatkan aktivitas biogeokimia yang memperburuk perubahan iklim dengan melepaskan gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida.

Studi baru yang dipublikasikan di Global Biogeochemical Cycles, mensintesis pengukuran gas rumah kaca di wilayah permafrost utara antara tahun 2000 dan 2020 untuk memberikan neraca karbon untuk wilayah tersebut, serta penilaian komprehensif pertama tentang jumlah gas rumah kaca yang diserap dan dikeluarkan oleh wilayah tersebut.

Pekerjaan para peneliti, yang dilakukan sebagai bagian dari proyek Regional Carbon Cycle Assessment and Processes (RECCAP2), menggunakan pendekatan bottom-up, dengan fokus pada estimasi emisi berdasarkan kategori sumber tertentu. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa area tersebut telah bergeser dari penyerap menjadi sumber karbon dalam jumlah kecil.

Para peneliti mengumpulkan banyak perkiraan masa lalu mengenai fluks gas rumah kaca di berbagai bagian wilayah permafrost utara untuk mengungkap bagaimana seluruh wilayah tersebut merespons perubahan iklim. Mereka menemukan bahwa area penelitian merupakan sumber metana dan dinitrogen oksida antara tahun 2000 dan 2020.

Lahan basah merupakan penghasil emisi metana terbesar, dan danau juga memberikan kontribusi yang besar. Tundra kering merupakan pendorong terbesar pelepasan nitrous oxide dan rawa permafrost berada di urutan kedua.

Namun, para peneliti tidak dapat menyatakan secara pasti apakah wilayah tersebut merupakan sumber atau penyerap karbon dioksida. Ekosistem terestrial, khususnya hutan boreal, masih menyerap CO2. Namun, hal ini diimbangi oleh kebakaran, pencairan permafrost yang tiba-tiba, dan perairan pedalaman, yang mengeluarkan sekitar 12 juta metrik ton CO2.

“Kami memperkirakan bahwa wilayah permafrost utara melepaskan 38 juta metrik ton metana dan 670.000 metrik ton dinitrogen oksida ke atmosfer antara tahun 2000 dan 2020. Ketika memperhitungkan fluks lateral seperti erosi, wilayah ini juga menjadi sumber 144 juta metrik ton karbon dan 3 juta metrik ton nitrogen,” kata para peneliti seperti dilansir Bird Guides, Kamis (2/5/2024).

Meskipun jumlah tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan emisi negara industri besar, namun jumlah ini dapat meningkat seiring dengan meningkatnya suhu dunia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement