Jumat 21 Nov 2025 18:20 WIB

PLN Buka Keran Investasi Hijau lewat Skema Forward Offtake Gold Standard

Investasi karbon jadi model bisnis transisi energi yang baru

Rep: Frederikus Bata/ Red: Intan Pratiwi
Indonesia, melalui PT PLN (Persero), secara resmi akan menjual hasil pengurangan emisi setara 12 juta ton karbon kepada Norwegia.
Foto: Republika.co.id
Indonesia, melalui PT PLN (Persero), secara resmi akan menjual hasil pengurangan emisi setara 12 juta ton karbon kepada Norwegia.

REPUBLIKA.CO.ID,‎ BELÉM -- PLN membuka peluang investasi karbon bagi pembeli internasional melalui skema forward offtake untuk tiga proyek bersertifikasi Gold Standard yang memiliki penurunan emisi sekitar 1,5 juta ton CO₂e. Direktur Teknologi, Engineering dan Keberlanjutan PLN, Evy Haryadi menyampaikan langkah ini bagian dari strategi korporasi memperluas pasar karbon Indonesia di tingkat global.

‎Skema tersebut diperkenalkan pada forum Seller Meets Buyer di Paviliun Indonesia dalam gelaran COP30 di Belém, Brasil, beberapa hari lalu. PLN bersama Pemerintah Republik Indonesia (RI) memanfaatkan momentum tersebut untuk menawarkan portofolio proyek rendah karbon yang memenuhi standar internasional, termasuk PLTS ground-mounted berkapasitas 50 MW dengan baterai di Ibu Kota Nusantara (IKN).

‎“Dunia tengah bergerak dengan langkah tegas menuju target Net Zero Emissions, dan Indonesia tidak terkecuali,” ujar Evy, dikutip Jumat (21/11/2025).

‎Kerja sama yang dibangun pada forum tersebut juga memperkuat upaya Indonesia menciptakan ekosistem perdagangan karbon yang kredibel. Pemerintah melalui Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan pentingnya kolaborasi lintas negara untuk memperkuat kontribusi penurunan emisi global. Ia menilai transaksi yang dibangun bersama mitra Norwegia dan Jepang dapat memperkuat posisi Indonesia pada mekanisme Article 6 Paris Agreement.

‎“Momentum ini sangat penting karena membuktikan kemampuan Indonesia mendukung pencapaian target global penurunan emisi gas rumah kaca,” kata Hanif.

‎Pembukaan akses forward offtake menjadi bagian dari strategi PLN menciptakan pasar karbon yang lebih kompetitif dan menarik bagi investor. Proyek Gold Standard yang ditawarkan memiliki rekam jejak verifikasi internasional sehingga memberi kepercayaan tinggi bagi pembeli yang membutuhkan instrumen dekarbonisasi jangka panjang.

‎Di sisi lain, PLN telah menyiapkan landasan transisi energi melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Dokumen tersebut menargetkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 GW, dengan porsi EBT dan storage mencapai 52,9 GW. Aset baru ini diproyeksikan menghasilkan lebih dari 1.000 TWh listrik hijau dalam sepuluh tahun, sekaligus memperluas ruang pengembangan proyek karbon berkualitas.

‎PLN juga menawarkan dua produk berbasis atribut hijau, yakni Unit Karbon dan Renewable Energy Certificate (REC). REC memberi pengakuan resmi kepada pelaku usaha atas penggunaan listrik dari sumber terbarukan sehingga semakin relevan bagi industri yang mengejar standar ESG global. Kedua instrumen tersebut melengkapi skema green energy as a service dan Dedicated Green Energy Sources yang disiapkan bagi pelanggan dengan kebutuhan energi bersih yang stabil.

‎Evy menilai seluruh inisiatif itu memperkuat peran PLN sebagai katalis pasar karbon yang membuka peluang kolaborasi jangka panjang. Ia menyebut berbagai fasilitas tersebut menjadi bagian dari transformasi sektor ketenagalistrikan menuju sistem energi yang lebih kompetitif dan berdaya saing internasional.

‎Penawaran forward offtake ini diharapkan menjadi pintu bagi masuknya modal internasional untuk percepatan proyek rendah karbon di Indonesia. Melalui dukungan investor dan mitra teknologi, pengembangan aset hijau PLN diproyeksikan memberi kontribusi nyata bagi pengurangan emisi sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok energi bersih dan kredibel di pasar global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement