REPUBLIKA.CO.ID, BELÉM -- PT PLN (Persero) menunjukkan kesiapan untuk memasuki fase awal transaksi karbon bilateral pertama di dunia. Langkah ini terwujud melalui penandatanganan Mutual Expression of Intent Generation-Based Incentive Programme bersama Global Green Growth Institute (GGGI) pada gelaran COP30 di Belém, Brazil, beberapa hari lalu.
Kesepakatan tersebut menjadi tindak lanjut kolaborasi Indonesia–Norwegia dengan potensi pengurangan emisi mencapai 12 juta ton CO₂e di bawah mekanisme Artikel 6 Paris Agreement. Pemerintah Indonesia menempatkan kerja sama ini sebagai langkah strategis untuk menegaskan posisi nasional dalam memimpin perdagangan karbon berintegritas tinggi. Indonesia mulai memperluas agenda karbon dari basis alam menuju solusi berbasis teknologi (technology-based solutions) yang memperkuat arah transisi energi nasional.
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Hanif Faisol Nurofiq mengatakan kerja sama ini menjadi titik penting yang menunjukkan kesiapan Indonesia dalam menerapkan skema perdagangan karbon internasional. “Kita mencapai tahap yang menentukan bagi kolaborasi Indonesia–Norwegia dan memperlihatkan kemampuan Indonesia memimpin implementasi perdagangan karbon melalui Artikel 6,” ucap Hanif, dikutip Jumat (21/11/2025).
Pada sektor lingkungan, kerja sama bilateral kedua negara selama ini berfokus pada Nature-Based Solutions dengan pola Result-Based Contribution. Melalui kesepakatan baru ini, Indonesia memperluas model transaksi karbon menuju solusi berbasis teknologi sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat energi terbarukan dan perdagangan karbon multisektor.
Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen menyampaikan apresiasi terhadap langkah Indonesia yang dinilai membuka fase baru kolaborasi karbon global. Ia menilai Indonesia menunjukkan kesiapan teknis dan kelembagaan untuk memperluas skala perdagangan karbon melalui kerangka Artikel 6.
Di tingkat operasional, PLN menegaskan komitmen untuk mempercepat investasi hijau yang berdampak langsung pada penguatan ketahanan lingkungan. Direktur Teknologi, Engineering, dan Keberlanjutan PLN, Evy Haryadi menyampaikan pentingnya gerak bersama menghadapi risiko iklim. “Kesepakatan ini langkah konkret untuk menjawab tantangan iklim global melalui kolaborasi dan solusi kolektif,” ucap Evy.
PLN mempersiapkan pondasi skema carbon financing terbesar bagi proyek energi terbarukan di Indonesia melalui kemitraan dengan GGGI. Persiapan transaksi karbon bilateral ini menjadi kerangka awal bagi penyusunan Mitigation Outcome Purchase Agreement (MOPA) serta pembelian Internationally Transferred Mitigation Options (ITMOs) yang kini memasuki tahap finalisasi.
Penerapan skema Generation-Based Incentive (GBI) menjadi instrumen penting untuk mendukung pencapaian Nationally Determined Contributions Indonesia, memperkuat bauran energi terbarukan, dan menekan ketergantungan pada pembangkit berbasis batubara. Seluruh agenda tersebut menegaskan kesiapan Indonesia menuju perdagangan karbon berintegritas tinggi sekaligus memperkuat laju transisi energi nasional.