REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Ilmuwan iklim dan atlet memperingatkan suhu panas di Olimpiade Paris 2024 dapat menyebabkan para atlet yang berkompetisi pingsan atau bahkan dalam skenario terburuk meninggal dunia. Olimpiade Paris ditetapkan akan menjadi Olimpiade terpanas yang pernah tercatat.
Olimpiade Tokyo dengan suhu di atas 34 derajat Celsius dan kelembapan mendekati 70 persen pada 2021 dianggap Olimpiade terpanas dalam sejarah. Dalam laporan The Rings of Fire yang disusun ilmuwan iklim dan sejumlah atlet ternama mengatakan, Olimpiade Tokyo merupakan gambaran norma "yang mengkhawatirkan, terus meningkat" Olimpiade-Olimpiade musim panas yang akan datang.
"Atlet-atlet yang berkompetisi muntah dan pingsan di garis finis, kursi roda akan digunakan membawa atlet dari arena yang terbakar panas matahari dan kekhawatiran kematian di lapangan muncul di tengah pertandingan tenis unggulan kedua Olimpiade Tokyo, Daniel Medvedev," kata laporan itu seperti dikutip Green Queen, Selasa (25/6/2024).
Olimpiade musim panas tahun ini berpotensi melampaui panas Olimpiade sebelumnya. Mengingat tidak ada langkah konkrit dalam penanggulangan perubahan iklim dan berlanjutnya penggunaan bahan bakar fosil yang berkontribusi memecah rekor suhu panas beberapa bulan terakhir.
Laporan The Rings of Fire merupakan hasil kolaborasi 11 atlet Olimpiade dan ilmuwan iklim University of Portsmouth. Mereka memperingatkan panas ekstrem di ibukota Prancis dapat menyebabkan atlet pingsan atau dalam skenario terburuk meninggal dunia.
"Memanasnya planet akan menjadi tantangan tambahan pada atlet, yang mana dapat berdampak buruk pada performa dan mengurangi penonton pertandingan Olimpiade," kata dosen fisiologi lingkungan di Kajian Olahraga, Kesehatan dan Ilmu Olahraga University of Portsmouth Jo Corbett.
"Kondisi yang lebih panas juga meningkatkan potensi sakit akibat panas di antara individu yang terpapar tekanan panas tinggi, termasuk petugas dan penonton, serta atlet," ujarnya.
Atlet olahraga rugbi tujuh orang untuk Britania Raya Jamie Farndale mengatakan tidak ada dalam "DNA atlet" untuk berhenti.
"Bila kondisinya terlalu berbahaya saya pikir akan resiko kematian," ujarnya.
Badan Perubahan Iklim Uni Eropa, Copernicus, mengatakan 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat. Tren tersebut terus berlanjut pada 2024, 12 bulan terakhir menjadi yang terpanas untuk masing-masing bulan sejak pencatatan dimulai pada tahun 1940.
Para ilmuwan memprediksi ada 66 persen kemungkinan 2024 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Sementara itu suhu tahunan di Paris naik 1,8 derajat Celsius sejak tahun 1924, saat terakhir kali kota ini menjadi tuan rumah Olimpiade.
Rata-rata, ada 23 hari "panas" dengan suhu 25 derajat Celsius, dan sembilan hari "terik" dengan suhu 30 derajat Celsius ke atas per tahun. Antara tahun 1947 dan 2023, wilayah Paris mengalami 50 kali gelombang panas, yang frekuensi dan intensitasnya meningkat akibat perubahan iklim.
Pada 2003, gelombang panas yang mematikan menewaskan lebih dari 14 ribu orang di Prancis, dan perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia melipatgandakan kemungkinan terjadinya gelombang panas tersebut dan meningkatkan risiko kematian akibat panas di pusat kota Paris sebesar 70 persen. Pada saat itu, suhu maksimum yang tercatat di Paris adalah 39,5 derajat Celsius, tetapi pada tahun 2019 Paris mencatat suhu 42,6 derajat Celsius, ketika dua gelombang panas menewaskan 1.435 orang di seluruh Prancis.
Pada musim panas lalu, 5.000 orang meninggal karena panas ekstrem di Prancis. Penelitian menunjukkan perubahan iklim mengakibatkan musim panas yang sangat panas seperti yang terjadi pada 2023, 10 kali lebih mungkin terjadi.
Olimpiade tahun ini akan diselenggarakan pada periode yang sama dengan tahun terjadinya gelombang panas tahun 2023 yakni 26 Juli hingga 11 Agustus. Panasnya musim panas di Paris semakin meningkat karena efek Urban Heat Island, di mana daerah perkotaan menjadi lebih hangat daripada daerah pedesaan di sekitarnya.
Suhu panas ekstrem berdampak buruk pada kemampuan atlet...lanjutkan membaca>>