REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Gelombang panas yang melanda Iran memaksa pihak berwenang memotong jam operasional berbagai fasilitas pada Sabtu (27/4/2024). Pihak berwenang juga memerintahkan semua institusi pemerintah dan komersial untuk tutup keesokan harinya.
Langkah ini dilakukan setelah pemerintah menerima lebih dari 200 pasien untuk perawatan heat stroke atau sengatan panas. Laporan cuaca Iran melaporkan suhu di Ibu Kota Teheran mencapai 37 sampai 42 derajat Celsius.
Kantor berita IRNA melaporkan selain layanan darurat dan medis, Iran menutup bank-bank, kantor-kantor dan institusi publik di seluruh negeri pada Ahad (28/7/2024). Ini dilakukan sebagai upaya melindungi kesehatan dan menghemat energi karena suhu ekstrem.
Kepada kantor berita semi-resmi Mehr, juru bicara badan kedaruratan Iran Babak Yektaparast mengatakan 225 orang menjalani perawatan untuk mengobati heat stroke. Ia menambahkan beberapa orang menjalani rawat inap.
Mehr juga mengutip pejabat Organisasi Meteorologi Nasional Iran Sadegh Ziaian yang mengatakan suhu udara di 10 provinsi Iran pada Sabtu kemarin mencapai 45 derajat Celsius. Suhu tertinggi dalam 24 jam terakhir yang mencapai 49 derajat Celsius tercatat di Delgan, kota tenggara di provinsi Sistan dan Baluchistan yang berbatasan dengan Pakistan dan Afghanistan.
Ia menambahkan, suhu diperkirakan turun pada Senin (29/7/2024). Meski suhu panas mereda, tapi ia tetap memperingatkan hal ini tidak berarti udara akan mendingin.
IRNA melaporkan pihak berwenang juga memotong jam kerja di banyak provinsi karena panas menyengat. Kantor berita itu menambahkan sejak Jumat (26/7/2024) lalu suhu udara di Teheran sudah di atas 40 derajat Celsius. Media Iran juga memperingatkan masyarakat untuk tetap tinggal di rumah sampai pukul 17.00 waktu setempat.
Pihak berwenang mengatakan konsumsi listrik akan mencapai 78.106 megawatt karena masyarakat menyalakan pendingin ruangan demi meredakan panas yang menyengat.
Nournews yang dekat dengan Dewan Keamanan Tertinggi Iran melaporkan suhu udara di Iran dua kali lebih cepat dari suhu global yang naik 1 derajat dibandingkan rata-rata jangka panjang. Sementara Iran, tambah kantor berita itu, suhu Iran naik 2 derajat selama 50 tahun terakhir.
Tahun lalu Iran memerintahkan libur nasional di seluruh negeri karena kenaikan suhu udara.