Senin 28 Oct 2024 13:00 WIB

BRICS Dorong Aksi untuk Atasi Kekeringan dan Degradasi Lingkungan

Arab Saudi akan membangun kemitraan baru yang dapat mempercepat pemulihan lahan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Warga berjalan di danau Puraquequara yang mengering untuk mencari air di tengah kekeringan parah, di Manaus, negara bagian Amazonas, Brazil, Kamis, (5/10/2023).
Foto: AP Photo/Edmar Barros
Warga berjalan di danau Puraquequara yang mengering untuk mencari air di tengah kekeringan parah, di Manaus, negara bagian Amazonas, Brazil, Kamis, (5/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemimpin-pemimpin BRICS menyerukan peningkatan sumber daya finansial dan kemitraan yang lebih kuat untuk mengatasi degradasi lahan, penggurunan dan kekeringan. Pernyataan bersama ini disampaikan menjelang pertemuan lingkungan PBB di Arab Saudi pada Desember mendatang.

BRICS adalah kelompok informal yang awalnya beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Kelompok ini pertama kali diinisiasi pada 2006 untuk membahas isu-isu terkini global. Keanggotaannya diperluas pada tahun 2023 dengan bergabungnya Ethiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab.

Baca Juga

"(Tantangan lingkungan ini) merupakan ancaman serius pada kesejahteraan dan mata pencaharian masyarakat dan lingkungan," kata BRICS dalam pernyataan bersama tersebut seperti dikutip dari Arab News, Senin (28/10/2024).

Dalam pernyataan itu, pemimpin-pemimpin BRICS mengakui perlunya mengintegrasikan kebijakan-kebijakan dan pengelolaan lahan berkelanjutan yang sedang berlangsung untuk mengatasi masalah-masalah yang saling terhubung.  

Pernyataan ini disampaikan saat Arab Saudi bersiap menjadi tuan rumah Konvensi Mengatasi Penggurunan (UNCCD) COP16 di Riyadh dari 2 sampai 13 Desember mendatang. Pertemuan ini digelar saat kekhawatiran mengenai degradasi lahan yang menurut data UNCCD sudah berdampak pada 40 persen lahan di bumi dan 3,2 miliar orang semakin menguat.

Inisiatif ini sejalan dengan tujuan UNCCD untuk memulihkan 1,5 miliar hektare lahan yang rusak pada tahun 2030. Menurut UNCCD setiap dolar AS yang digunakan untuk memulihkan lahan berpotensi menghasilkan manfaat ekonomi sebesar 30 dolar AS.

"Arab Saudi menyambut baik pernyataan pemimpin-pemimpin BRICS mengenai masalah degradasi lahan yang sangat penting yang mencerminkan meningkatkan urgensi untuk memperlambat dan pada akhirnya memulihkan degradasi lahan yang sedang terjadi di seluruh dunia," kata Deputi Menteri Lingkungan di Kementerian Lingkungan, Air dan Pertanian Arab Saudi dan Presidensi UNCCD COP16 Osama Faqeeha.

Faqeeha menambahkan, Arab Saudi akan berusaha membangun kemitraan baru yang dapat mempercepat pemulihan lahan dan upaya memperkuat ketahanan terhadap kekeringan terutama di daerah-daerah yang paling rentan. Ia mengatakan degradasi lahan, kekeringan dan penggurunan berdampak pada setiap sudut di seluruh dunia.

UNCCD COP16 diperkirakan akan menjadi pertemuan penggurunan PBB yang paling besar. Pertemuan ini akan meresmikan Zona Hijau sebagai pusat khusus untuk kerja sama dan kreativitas dengan tujuan meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam upaya pemulihan lahan.

Pada bulan ini, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan memimpin delegasi negara itu di BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia. Pangeran Faisal menyoroti volume perdagangan bilateral dengan negara-negara BRICS yang pada tahun 2023 mencapai lebih dari 196 miliar dolar AS.

Angka ini mencerminkan 37 persen total perdagangan asing Arab Saudi. Serta menunjukkan menguatnya hubungan ekonomi negara itu dengan negara-negara BRICS. Arab Saudi belum resmi bergabung tapi berpartisipasi sebagai negara yang diundang. Sementara, Indonesia mengajukan niat untuk bergabung dengan blok itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement