Senin 25 Nov 2024 17:56 WIB

Komnas Perempuan Ungkap Tantangan Perempuan di Era Perubahan Iklim

Dampak perubahan iklim pada perempuan dan kelompok rentan terasa lebih berat.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Satria K Yudha
Sejumlah petani merontokkan bulir padi organik di Agro Eduwisata Organik (Aewo) Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (14/12/2023).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Sejumlah petani merontokkan bulir padi organik di Agro Eduwisata Organik (Aewo) Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (14/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komnas Perempuan mengungkapkan perubahan iklim turut berpengaruh terhadap perempuan. Perempuan dinilai menghadapi tantangan yang kian menyulitkan hidup mereka. 

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Komnas Perempuan Mariana Amiruddin dalam Peluncuran Pengembangan Pengetahuan “Pemetaan Situasi Perempuan Dan Perhatian Khusus pada Kelompok Rentan Dalam Konteks Krisis Iklim” pada Senin (25/11/2024). Mariana menyoroti dampak perubahan iklim pada perempuan pedesaan. 

"Petani itu mayoritas perempuan zaman sekarang, dan laki-laki didorong kerja industri. Nah dengan kondisi ini, krisis iklim, cara mereka penuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari jadi tergeser, apalagi selain jadi petani harus jaga keluarga, urusan domestik," kata Mariana dalam kegiatan itu. 

Sedangkan perempuan di wilayah pesisir juga terdampak iklim. Mereka kian kesulitan mencukupi hidup dari hasil laut karena pengaruh perubahan iklim pada laut. "Perempuan nelayan dengan ada perubahan lingkungan di laut dampaknya jadi ke sumber kehidupan mereka," ujar Mariana.  

Akibat perubahan iklim ini, para perempuan desa rawan terjebak dalam pusaran Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). "Mereka akhirnya migrasi dari petani jadi TKW, mereka rentan jadi korban eksploitasi, TPPO," ujar Mariana. 

Mariana menjelaskan dampak perubahan iklim secara universal dirasakan, namun pada konteks perempuan dan kelompok rentan sangat berbeda. Dampak perubahan iklim pada perempuan dan kelompok rentan terasa lebih berat dan memperburuk ketimpangan. 

"Dalam berbagai situasi bencana, perempuan sering kali berada di garis depan sebagai pengasuh, pencari air, dan penyedia kebutuhan rumah tangga," ujar Mariana. 

Oleh karena itu, Komnas Perempuan berupaya merangkul lembaga terkait yang dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim bagi perempuan. Lembaga itu, antara lain, Kementerian Sosial, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). 

"Kami menggandeng stakeholders terkait masalah perempuan dan iklim. Termasuk bantuan apa yang harus diberikan itu mesti dipikirkan," ujar Mariana. 

Selain itu, Komnas Perempuan melakukan pemetaan agar memberikan gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi perempuan. Pemetaan ini juga menggali potensi dan solusi yang dapat ditingkatkan melalui kebijakan, program, dan kolaborasi yang lebih inklusif.

"Hasil dari pemetaan ini diharapkan menjadi pijakan untuk mengembangkan langkah strategis yang responsif terhadap kebutuhan perempuan dan kelompok rentan dalam menghadapi krisis iklim," ujar Mariana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement