Senin 23 Dec 2024 15:55 WIB

PLN Gandeng Perusahaan Australia Kembangkan Listrik Hijau

Sistem kelistrikan di masa mendatang akan semakin kompleks.

Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) memperkuat pengembangan sistem kelistrikan hijau. Pengembangan tersebut dilakukan melalui kerja sama penerapan energy modelling system dengan perusahaan energy modelling asal Australia, Energy Exemplar.

Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, dengan meningkatnya bauran energi baru dan terbarukan (EBT), sistem kelistrikan di masa mendatang semakin kompleks. "Dulu, sistem kelistrikan kita (Indonesia) didominasi pembangkit batu bara yang bersifat baseload. Maka sistem kelistrikan kita pun lebih sederhana. Sedangkan ke depan, sistem akan didominasi pembangkit EBT dari surya dan angin yang bersifat intermiten. Maka sistem kelistrikan akan menjadi lebih kompleks," jelasnya.

Baca Juga

Selain itu, ia menyampaikan bahwa peningkatan kapasitas EBT yang bersifat intermiten tersebut juga membutuhkan perubahan skenario pengembangan sektor kelistrikan. "Dalam memperkuat sistem kelistrikan, kami pun mendesain pengembangan pembangkit fast-response dan battery energy storage system untuk menstabilkan pasokan listrik untuk pelanggan,” kata Darmawan.

Untuk memastikan kestabilan sistem kelistrikan secara end-to-end, ia menuturkan bahwa pihaknya mempersiapkan smart grid sebagai operasi kelistrikan terdigitalisasi. "Dengan kondisi ini, maka energy modelling yang dulunya simpel, ke depan akan tergantikan dengan energy modelling yang canggih," ujarnya.

Darmawan menyampaikan bahwa pihaknya juga membutuhkan energy modelling baru untuk merancang jalur transmisi hijau sepanjang 70 ribu kilometer (km) dari Sumatra dan Kalimantan ke Jawa, serta sepanjang Sulawesi dan Nusa Tenggara.

"Diperlukan energy modelling yang juga berbasis spasial sebagai upaya balancing antara pasokan dan demand di seluruh Indonesia. Di mana jalur transmisi hijau tersebut nantinya menyalurkan daya dari lokasi pembangkit hydro dan geothermal yang sangat jauh menuju pusat-pusat demand," ucapnya.

Mempertimbangkan hal tersebut, ia mengatakan bahwa kerja sama dengan Energy Exemplar yang memiliki produk “Plexos energy modelling system” merupakan langkah yang strategis. Pihaknya juga akan melakukan comparative study dan benchmarking berbagai sistem kelistrikan dengan negara-negara lain.

“Ini sebagai upaya untuk memperkuat perancangan sistem kelistrikan yang jauh lebih tangguh," kata Darmawan.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement