REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perubahan iklim yang semakin ekstrem membawa dampak serius terhadap kesehatan ibu, terutama di komunitas rentan. Penelitian terbaru yang dipimpin oleh ilmuwan dari Sheffield Hallam University bertujuan untuk memahami bagaimana cuaca ekstrem memengaruhi kesehatan ibu selama kehamilan dan persalinan.
Penelitian yang merupakan kelanjutan dari studi sebelumnya ini didanai oleh Global Challenges Research Fund (GCRF) dari Academy of Medical Sciences. Cuaca ekstrem dan bencana alam berkontribusi pada berbagai risiko kesehatan, pangan, dan gizi, terutama bagi perempuan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti Pakistan. Kehamilan dan persalinan semakin memperburuk kerentanan tersebut.
Proyek ini bertujuan untuk memahami hubungan antara perubahan iklim dengan kesehatan dan gizi ibu, serta mengembangkan intervensi yang dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan dan anak-anak.
Peneliti dari Pakistan, Zahid Memon dari Universitas Aga Khan dan Lubna Naz dari Institut Administrasi Bisnis di Karachi, juga turut serta dalam penelitian ini. Kontribusi mereka sangat penting dalam mengatasi tantangan Pakistan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) terkait kesehatan ibu.
Proyek dua tahun bertajuk "Birthing at Burning Places", yang akan dimulai pada Februari 2025, akan berfokus pada perempuan sebagai kelompok yang sangat rentan selama kehamilan dan persalinan di daerah terdampak perubahan iklim.
Penelitian ini juga akan mengkaji bagaimana dinamika gender, kelas sosial, dan norma budaya memengaruhi akses ke gizi dan layanan kesehatan selama krisis lingkungan.
Proyek ini bertujuan untuk menghasilkan intervensi berbasis komunitas yang berkelanjutan dan dapat diterima secara budaya. Menurut Sadiq Bhanbhro, Peneliti Kajian Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Sheffield Hallam University, kesehatan ibu bukan hanya masalah layanan kesehatan semata.
"Hal ini sangat terkait dengan ketidakseimbangan kekuasaan, norma budaya, dan praktik," ujarnya, seperti dikutip dari situs resmi Sheffield Hallam University.
Bhanbhro, yang juga ketua penelitian ini, menambahkan bahwa perubahan iklim menimbulkan pertanyaan mendalam tentang hubungan antara alam dan budaya. Dinamika gender, kelas sosial, dan norma budaya memengaruhi kemampuan perempuan hamil dan ibu untuk mengakses, menggunakan, serta mengelola makanan dan gizi.
"Mengingat target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di bidang kesehatan ibu di Pakistan belum tercapai, penelitian yang memberikan pemahaman mendalam tentang pengaruh interseksional pada kesehatan ibu, gizi, dan perubahan iklim sangat dibutuhkan untuk mengembangkan intervensi yang efektif," tambahnya.
Penelitian sebelumnya yang diterbitkan pada Oktober 2024 menemukan bahwa keguguran, bayi prematur, dan risiko kesehatan ibu akibat krisis iklim masih menjadi 'titik buta' dalam rencana aksi iklim global. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi dan intensifnya cuaca ekstrem meningkatkan angka kematian bayi, kelahiran prematur, dan kerusakan kognitif pada bayi baru lahir.
Proyek baru ini mendapatkan pendanaan sebesar 146.000 poundsterling dari Wellcome. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kolaboratif yang menghargai masukan dan kebutuhan komunitas untuk memastikan solusi yang efektif serta mencerminkan nilai dan kebutuhan lokal.