Rabu 05 Feb 2025 14:20 WIB

Petani Pegunungan Afrika Beradaptasi dengan Perubahan Iklim

Para petani beradaptasi dengan mengubah tanggal tanam.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Perubahan iklim (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, COLORADO -- Para ilmuwan meneliti dampak perubahan iklim pada pegunungan di Afrika dan bagaimana para petani beradaptasi. Temuan ini relevan bagi petani yang tinggal di pegunungan di seluruh dunia.

"Pegunungan adalah penjaga perubahan iklim, seperti di Artik, sejumlah perubahan ekstrem dapat dilihat di pegunungan, mulai dari pencairan gletser sampai peristiwa cuaca ekstrem," kata profesor ilmu ekosistem dan keberlanjutan Colorado State University yang juga penulis penelitian ini, Julia Klien seperti dikutip dari Eurasia, Rabu (5/2/2025).

Klien mengatakan pemanasan lebih tinggi di dataran tinggi, jadi apa yang terjadi di pegunungan menjadi pertanda awal apa yang terjadi di wilayah lain. Penelitian global menunjukkan suhu bumi lebih cepat meningkat di dataran tinggi dibandingkan dataran rendah.

Namun, data iklim pegunungan Afrika masih sedikit. Untuk mengisi kekosongan informasi ini, para peneliti mewawancarai 1.500 petani Afrika untuk memahami bagaimana perubahan iklim terjadi di pegunungan, apa dampaknya pada mata pencaharian penduduk setempat dan bagaimana para petani beradaptasi.

Daerah pegunungan Afrika dihuni lebih dari 228 juta orang. Tetapi lebih banyak lagi yang bergantung pada air dan makanan dari wilayah tersebut.

“Banyak orang di Afrika bergantung pada air dan hasil panen yang disediakan sistem pertanian pegunungan ini, tidak hanya masyarakat yang tinggal pegunungan tetapi juga di dataran rendah dan kota-kota,” kata salah satu penulis penelitian ini Aida Cuni-Sanchez.

Cuni-Sanchez menegaskan harus ada solusi untuk petani beradaptasi terhadap perubahan iklim. "Karena dampak perubahan iklim akan semakin buruk dari waktu ke waktu," katanya.  

Cuni-Sanchez, merupakan profesor di Norwegian University of Life Sciences dan University of York, Inggris. Ia terinspirasi mempelajari topik ini dengan menggunakan pendekatan partisipatif berdasarkan penelitian pascadoktoralnya di Colorado State University.

Pada saat itu, Cuni-Sanchez bergabung dengan Mountain Sentinels, jaringan yang terdiri dari para akademisi, pemegang hak-hak masyarakat adat, komunitas gunung, dan organisasi non-pemerintah yang berfokus pada kelestarian gunung. Jaringan Mountain Sentinels didanai National Science Foundation dan memiliki anggota di 56 negara, termasuk 10 negara Afrika. 

Penelitian ini menemukan kesamaan perubahan iklim dan dampaknya di pegunungan di delapan negara yang diteliti yakni Kamerun, Ethiopia, Uganda, Rwanda, Burundi, Republik Demokratik Kongo, Kenya, dan Tanzania. Para petani melaporkan adanya peningkatan suhu, berkurangnya kabut, perubahan jumlah dan distribusi curah hujan, dan peningkatan kejadian iklim ekstrem.

Dampak yang paling banyak dirasakan terkait iklim adalah menurunnya hasil panen dan produksi ternak, meningkatnya hama dan penyakit, melemahnya kesehatan manusia dan berkurangnya ketersediaan air, serta meningkatnya erosi tanah. 

Para petani beradaptasi dengan mengubah tanggal tanam, mengadopsi varietas tanaman baru, meningkatkan penggunaan teknik konservasi tanah dan meningkatkan penggunaan alat bantu pertanian seperti pupuk dan pestisida, dan menggunakan lebih banyak alat bantu perawatan hewan. Beberapa petani juga berupaya mendiversifikasi sumber pendapatan mereka. 

Sebagian besar adaptasi bersifat inkremental. Artinya, petani melakukan perubahan kecil pada proses normal mereka daripada mengubah mata pencarian. Penelitian ini juga menemukan rumah tangga yang lebih kaya lebih mampu beradaptasi dengan mencoba lebih dari satu strategi.

Konflik menghambat adaptasi di beberapa daerah di Kamerun dan Republik Demokratik Kongo, di mana akses pasar, mobilitas, dan peluang ekonomi untuk mata pencaharian alternatif sangat terbatas.   

Para peneliti mengungkapkan akses ke pinjaman, peningkatan keterampilan dan akses ke pasar akan membantu petani untuk beradaptasi lebih baik. Meningkatkan pertukaran pengetahuan antar komunitas dan aktor-aktor eksternal juga akan membantu para petani. Contohnya, seperti program-program yang mempromosikan adaptasi perubahan iklim dengan mendistribusikan benih tahan kekeringan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement