Rabu 26 Mar 2025 07:00 WIB

Penelitian OECD: Percepatan Aksi Iklim dapat Tingkatkan PDB Global

Investasi di energi bersih dan efisiensi mendorong produktivitas dan inovasi.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Penelitian menunjukkan percepatan aksi iklim dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) global sebanyak 0,2 persen pada tahun 2040 dibandingkan kebijakan saat ini. Penelitian ini disampaikan menjelang Dialog Iklim Petersberg di Jerman.

Analisa dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengungkapkan, kebijakan iklim yang dirancang dengan baik terbukti tidak hanya memangkas emisi, tapi juga memperkuat efisiensi, produktivitas dan inovasi. Aksi iklim berpotensi meningkatkan penghasilan yang setara dengan perekonomian Swedia.

Baca Juga

Penelitian yang dirilis pada Selasa (25/3/2025) menemukan investasi di energi bersih dan efisiensi mendorong produktivitas dan inovasi. Selain itu, mampu mengimbangi dampak ekonomi dari perubahan harga dan perubahan konsumsi.

Penelitian itu juga menemukan bahwa menginvestasikan kembali pendapatan dari karbon dapat mendorong PDB dan membangun dukungan publik untuk aksi iklim. Negara-negara bersiap menyerahkan rencana dan target pemangkasan emisi yang ditetapkan sendiri (NDC) bulan September mendatang.

Penelitian menemukan NDC memberikan kepastian kebijakan, memberi rasa kepercayaan pada pasar untuk memobilisasikan sumber dayanya ke pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Penelitian itu mengatakan kebijakan yang tidak jelas dapat menahan investasi sektor swasta dan memangkas PDB hingga 0,75 persen pada awal 2030.

Penelitian ini diumumkan saat para menteri dari sekitar 40 negara berkumpul di Berlin untuk Dialog Iklim Petersberg, yang akan difokuskan pada persiapan konferensi iklim PBB di Belem, Brasil pada bulan November. Konferensi Petersberg akan menjadi pertemuan iklim menteri besar pertama sejak pemerintahan Trump menarik AS dari Perjanjian Paris.

"Siapa pun yang mengabaikan tindakan iklim di masa yang penuh gejolak ini sebagai sesuatu yang mahal, memberatkan, atau berlebihan tidak dapat dihitung," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dalam pernyataannya.

Baerbock mengatakan Dialog Iklim Petersberg akan difokuskan pada penerapan tujuan global yang ditetapkan pada Pertemuan Perubahan Iklim PBB di Dubai 2023, termasuk kesepakatan untuk beralih dari bahan bakar fosil, dan kesepakatan melipatgandakan kapasitas energi terbarukan global pada tahun 2030. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement