Kamis 27 Mar 2025 09:49 WIB

Air Kunci Capai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

29,4 juta orang terdampak kekeringan pada 2023.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Warga antre untuk mendapatkan air bersih saat pendistribusian air bersih di Kelurahan Batu Tulis, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Warga antre untuk mendapatkan air bersih saat pendistribusian air bersih di Kelurahan Batu Tulis, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Isu Air, Retno Marsudi, menekankan pentingnya tindakan kolektif untuk mengatasi tantangan air yang semakin mendesak. Retno menegaskan air adalah elemen kunci untuk mencapai berbagai tujuan pembangunan, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), ketahanan energi, dan perubahan iklim.

Retno mengidentifikasi tiga tantangan utama yang dihadapi dunia terkait air, yaitu "terlalu banyak" yang merujuk pada banjir, "terlalu sedikit" yang mengacu pada kekeringan, dan "terlalu tercemar" yang menggambarkan polusi air.

Baca Juga

"Saya mulai dengan terlalu banyak banjir. Pada tahun 2023, data PBB mencatat 32 juta orang terkena dampak banjir dalam satu tahun saja, 680 juta orang yang tinggal di zona pesisir, terancam naiknya permukaan air laut," kata Retno dalam Forum Air Indonesia: Konservasi Sumber Air untuk Generasi Mendatang, Rabu (26/3/2025).

Selain itu, Retno menyoroti gletser, sebagai sumber utama air tawar, telah kehilangan 903 ton air, kehilangan terbesar dalam 50 tahun terakhir, yang berkontribusi pada kenaikan permukaan laut hingga 20 cm lebih tinggi dibandingkan tahun 1900. 

Kekeringan juga menjadi ancaman serius, dengan 29,4 juta orang terdampak pada tahun 2023 dan 700 juta orang berisiko harus mengungsi. Diperkirakan pada tahun 2050, tiga perempat populasi dunia akan terdampak oleh kekeringan.

Polusi air juga menjadi perhatian utama, dengan 3 miliar orang hidup dalam risiko akibat air yang terkontaminasi. Retno menekankan krisis air ini memerlukan upaya bersama dari pemerintah, sektor swasta, dan semua pemangku kepentingan.

Sebagai bagian dari mandatnya, Retno memperkenalkan strategi "Triple A" yang terdiri dari Advocacy, Alignment, dan Acceleration. Advocacy atau advokasi bertujuan untuk mendorong para pemimpin dunia menempatkan air sebagai prioritas politik, sementara Alignment berfokus pada kolaborasi dan penyelarasan upaya global. Acceleration menekankan perlunya mempercepat tindakan dan komitmen untuk mengatasi krisis air.

Retno menegaskan tanpa kolaborasi dan partisipasi inklusif dari semua pihak, krisis air tidak akan dapat diatasi.

"Jadi sekali lagi, kolaborasi, kerja sama, inklusif, semua stakeholders harus berpartisipasi, karena hanya dengan itu kita akan dapat mengatasi isu yang menjadi kepentingan manusia. Dan sekali lagi, saya ingatkan, tidak akan ada kehidupan tanpa air.”

Retno mengatakan masih ada harapan untuk mengatasi tiga tantangan air. Tapi hanya bila semua pihak melakukan tindakan yang tepat.

"Hanya dengan kerja keras kita dapat mengubah situasi.Jadi sekali lagi, mari kita bersama untuk menjadikan harapan sebagai realitas. Apa yang kita cita-citakan dapat kita capai," kata Retno.

Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement