Selasa 08 Apr 2025 13:50 WIB

40 Persen Listrik Global Kini Berasal dari Energi Bersih

Ini pertama kalinya energi bersih untuk listrik melampaui batas 40 persen.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON -- Lembaga think-tank Ember mencatat, pada 2024 energi bersih yang terdiri atas energi terbarukan dan nuklir sudah mencakup 40 persen energi yang digunakan untuk pembangkit listrik di seluruh dunia. Ember mengatakan ini pertama kalinya energi bersih untuk listrik melampaui batas 40 persen sejak tahun 1940-an.

Akan tetapi, energi bersih untuk listrik di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) tahun lalu masih 26 persen, jauh di bawah rata-rata dunia. Di kawasan ASEAN, hanya Laos dan Vietnam yang di atas rata-rata dunia, yakni 77 persen dan 44 persen.

Baca Juga

Akan tetapi, pangsa pasar pembangkit listrik tenaga surya di ASEAN tidak banyak meningkat dalam tiga tahun terakhir. Ember mencatat energi bersih untuk listrik di ASEAN hanya naik 0,1 persen dari 3,1 persen pada tahun 2021 menjadi 3,2 persen pada tahun 2024.

"Pembangkit listrik tenaga surya menjadi mesin transisi energi global, dengan dipasangkan dengan penyimpanan baterai, pembangkit listrik tenaga surya akan menjadi tenaga yang tak terhentikan," kata managing director Ember Phil MacDonald dalam pernyataannya, Selasa (8/4/2025).

MacDonald mengatakan tenaga surya merupakan energi bersih yang tumbuh paling pesat dengan kapasitas paling besar. Menurutnya sumber energi ini sangat penting untuk memenuhi tingginya permintaan listrik di seluruh dunia.

Laporan Tahunan Keenam Ember Global Electricity Review memberikan gambaran komprehensif pertama mengenai sistem kelistrikan global pada tahun 2024 berdasarkan data tingkat negara. Laporan ini diterbitkan bersamaan dengan dataset terbuka pertama di dunia tentang pembangkit listrik pada tahun 2024, yang mencakup 88 negara yang menyumbang 93 persen dari permintaan listrik global, serta data historis untuk 215 negara.

Dalam Global Electricity Review, Ember mengatakan peningkatan konsumsi listrik untuk kecerdasan artifisial, pusat data, kendaraan listrik, dan pompa panas menyumbang 0,7 persen dari pertumbuhan permintaan global tahun lalu. Sementara, gelombang panas pada tahun 2024 menaikkan permintaan listrik untuk pendingin udara yang menambahkan 0,7 persen atau 208 terawatt hour (TWh) ke total konsumsi listrik global.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement