REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di tengah tahun terpanas yang pernah tercatat dan seruan global untuk menghentikan ekspansi energi kotor, bank-bank terbesar dunia justru kembali mengalirkan ratusan miliar dolar kepada perusahaan bahan bakar fosil. Laporan terbaru “Banking on Climate Chaos” mengungkapkan, pada 2024 lalu, pendanaan bank terhadap industri batu bara, minyak, dan gas mencapai 869 miliar dolar AS.
Laporan yang disusun delapan organisasi lingkungan itu mencatat lonjakan tajam pendanaan bank untuk sektor energi fosil, meski sebelumnya sempat menurun pada 2021. Dua pertiga dari 65 bank terbesar dunia meningkatkan pembiayaan mereka sebesar 162 miliar dolar AS dari 2023 ke 2024.
Padahal, para ilmuwan telah menegaskan bahwa tidak boleh ada proyek bahan bakar fosil baru jika dunia ingin menghindari dampak terburuk krisis iklim. Namun, komitmen iklim lembaga keuangan justru melemah, didorong oleh dinamika geopolitik dan perubahan arah kebijakan negara-negara besar.
Langkah Amerika Serikat (AS) keluar dari Perjanjian Paris saat masa pemerintahan Presiden Donald Trump dinilai sebagai titik balik utama. Bahkan pada Februari lalu, Departemen Keuangan AS menarik diri dari jaringan perbankan global yang bertujuan mempercepat pembiayaan untuk proyek hijau dan menekan risiko iklim.
Empat dari lima bank terbesar yang membiayai energi fosil pada 2024 berasal dari AS. JP Morgan Chase tercatat sebagai pemberi pendanaan terbesar dengan total 53,5 miliar dolar AS, disusul Bank of America, Citigroup, dan Wells Fargo.
View this post on Instagram
Satu-satunya bank non-AS dalam lima besar adalah Mizuho Financial dari Jepang. Sementara dari Eropa, Barclays Inggris menjadi pendana terbesar untuk sektor ini.
“Bank-bank terbesar di dunia mendanai kekacauan iklim yang ditimbulkan perusahaan bahan bakar fosil pada masyarakat dan komunitas di seluruh dunia,” kata David Tong, Manajer Kampanye Industri Global Oil Change International dan salah satu penulis laporan tersebut.
“Pemerintah harus turun tangan dan segera mengambil tindakan untuk meminta pertanggungjawaban lembaga keuangan atas peran mereka dalam krisis iklim,” ujarnya seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (17/6/2025).
Laporan juga menggarisbawahi bahwa sebagian besar bank yang sebelumnya berjanji mematuhi Perjanjian Paris kini mengabaikan, bahkan mengingkari komitmen tersebut. Enam senator AS bahkan menuding JPMorgan Chase telah menyesatkan investor setelah menarik kembali janji iklimnya.
Pada Januari lalu, menjelang pelantikan Trump, enam bank terbesar AS, yaitu JP Morgan, Citigroup, Bank of America, Morgan Stanley, Wells Fargo, dan Goldman Sachs, resmi keluar dari Net Zero Banking Alliance, aliansi global yang dibentuk untuk menyelaraskan portofolio pembiayaan bank dengan tujuan pengurangan emisi sesuai Perjanjian Paris.
“Tahun ini, bank-bank telah menunjukkan warna aslinya. Banyak yang meninggalkan komitmen iklim dan justru meningkatkan pendanaan untuk ekspansi bahan bakar fosil, bahkan ketika suhu global memecahkan rekor,” kata Lucie Pinson, Direktur dan Pendiri Reclaim Finance, yang juga menjadi salah satu penulis laporan.