Ahad 13 Jul 2025 15:29 WIB

Ketika Perang Ubah Iklim, Reboisasi Mongol vs Ekosida di Palestina

Dua invasi besar dalam sejarah tunjukkan dampak ekstrem perang terhadap alam.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
Invasi Israel ke Palestina justru menyebabkan kerusakan lingkungan yang disengaja. Fenomena ini disebut ekosida atau ecocide. (ilustrasi)
Foto: dok Republika
Invasi Israel ke Palestina justru menyebabkan kerusakan lingkungan yang disengaja. Fenomena ini disebut ekosida atau ecocide. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Empat belas tahun yang lalu, para ilmuwan menemukan bahwa invasi Genghis Khan ke berbagai penjuru dunia menyerap hampir 700 juta ton metrik karbon. Khan menyerang wilayah luas mulai dari Asia, Timur Tengah, hingga Eropa Timur.

Ia menumpas hampir semua wilayah yang ia invasi. Permukiman yang sebelumnya padat penduduk dengan aktivitas pertanian dan peternakan menjadi kosong.

Baca Juga

Lahan kosong pascainvasi mengalami reboisasi alami. Banyak vegetasi tumbuh secara alami setelah wilayah tersebut ditinggalkan.

Peneliti Carnegie Institution’s Department of Global Ecology, Julia Pongratz, mengatakan temuan ini membuka pemahaman baru tentang bagaimana manusia mengubah lanskap bumi. Selama ini, sebagian besar orang menganggap pembakaran bahan bakar fosil yang dimulai pada awal abad ke-19 sebagai awal manusia memengaruhi suhu bumi.

Namun, penelitian tersebut menunjukkan ribuan tahun sebelumnya, manusia sudah memengaruhi suhu planet ini. Selama invasi Mongol, terjadi reboisasi signifikan akibat menurunnya aktivitas manusia dalam membuka lahan atau merusak hutan.

Pemulihan hutan ini menyerap karbon dalam jumlah besar, yakni sekitar 700 juta ton, setara emisi karbon tahunan dunia dari bensin. Pongratz mengaitkan temuan ini dengan krisis iklim saat ini.

Ia mencatat bahwa saat ini manusia menggunakan 25 persen produksi primer bersih bumi, sebagian besar untuk pertanian. Produksi primer bersih merupakan energi yang dihasilkan tumbuhan melalui fotosintesis yang tersisa setelah digunakan untuk respirasi.

Pongratz mengatakan, temuan para peneliti Carnegie membuka opsi bagi manusia untuk mengelola lahan demi memengaruhi siklus karbon. Jika di masa lalu manusia memengaruhi iklim tanpa sengaja, kini kita dapat membuat keputusan berdasarkan pengetahuan ilmiah.

“Berdasarkan pengetahuan dari masa lalu, kita sekarang berada dalam posisi untuk membuat keputusan penggunaan lahan yang akan mengurangi dampak terhadap iklim dan siklus karbon. Kita tidak boleh mengabaikan pengetahuan yang telah diperoleh,” kata Pongratz seperti dikutip Phys.org.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement