Senin 28 Jul 2025 16:24 WIB

Tanam 20 Ribu Mangrove, Upaya PIS Reduksi Emisi dan Lestarikan Alam di Pesisir

Mangrove jadi instrumen reduksi emisi

Rep: Frederikus Bata/ Red: Intan Pratiwi
PT Pertamina Internatinal Shipping (PIS) bersama sejumlah kalangan baru saja melakukan penanaman 20 ribu bibit mangrove di Pantai Tanjung Pasir, Tangerang, pada Ahad (27/7/2025)
Foto: Pertamina
PT Pertamina Internatinal Shipping (PIS) bersama sejumlah kalangan baru saja melakukan penanaman 20 ribu bibit mangrove di Pantai Tanjung Pasir, Tangerang, pada Ahad (27/7/2025)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Internatinal Shipping (PIS) bersama sejumlah kalangan baru saja melakukan penanaman 20 ribu bibit mangrove di Pantai Tanjung Pasir, Tangerang, pada Ahad (27/7/2025). Kegiatan ini bagian dari upaya PIS untuk mereduksi emisi, dan melestarikan lingkungan, terutama ketika operasi perusahaan tersebut lebih banyak bergerak di laut.

Direktur Utama PIS, Surya Tri Harto menjelaskan subholding logistik maritim PT Pertamina (Persero) ini memiliki lebih dari 300 armada di dalam negeri, dan sebanyak 46 di luar negeri. Pada periode tertentu, jumlah keluar masuk kapal bervariasi. Dalam menjalani aksi korporasi, PIS tak hanya berfokus pada pengangkutan energi.

Pada saat yang sama, ada upaya pemulihan lingkungan. Dalam konteks yang lebih luas, ia menyinggung program berkaitan dengan konservasi biota laut, hewan laut, dan sebagainya. Namun, jelas Surya, yang langsung menyentuh masyarakat tentu tidak dilakukan di tengah laut.

"Hari ini saya kira semuanya terlihat di sini. Untuk pilar advancing education, kita membawa adik-adik yang memang bagian dari program literasi laut. Kemudian, ada juga program penanaman 20 ribu mangrove secara simbolik," kata Dirut PIS, dikutip Senin (28/7/2025).

Surya berterima kasih kepada berbagai stakeholder di lokasi penanaman. Dimulai dari pihak Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), pemimpin daerah setempat, komunitas Seasoldier, hingga anak-anak yang berkontribusi pada upaya pelestarian alam ini. PIS memiliki target mereduksi emisi sekitar 54 kiloton karbon dioksida (CO2) per tahun.

Ia menegaskan, sebagai perusahaan negara mereka bertugas memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi semua kalangan. Terutama yang berkaitan dengan aksi serta jaringan PIS di lapangan. Itu sesuai dengan konsep program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJLS) BUMN.

Sekretaris Perusahaan (Corporate Sekretary/Corsec) PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita menegaskan, sebagai holding company, Pertamina mendukung penuh kegiatan seperti ini. Muaranya tentang keberlanjutan yang sifatnya inklusif. Dalam konteks PIS, pemulihan lingkungan cukup ideal ketika menyasar daerah pesisir dengan melibatkan semua pihak.

"Kalau sustainability itu bicaranya inklusif. Kita bersama-sama, ada teman-teman dari penggagas, dari Seasoldier juga, juga adik-adik dan semuanya. Tentunya dengan Inklusivitas ini, kita bisa mewujudkan apa yang dicita-citakan bersama yaitu alam yang Lestari," ujar Arya.

Ia menyinggung komitmen perusahaan terkait aspek enviormental, Social, Governance (ESG). Penanaman 20 ribu bibit mangrove itu salah satu bentuk implementasi praktik ESG Pertamina. Dampaknya diharapkan berguna untuk alam, masyarakat, dan perbaikan tata Kelola aksi korporasi.

Deputi Bidang Tata Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Berkelanjutan KLH, Sigit Reliantoro menjelaskan, negara memiliki target pemulihan ekosistem mangrove sekitar 600 ribu hektare hingga 2029. Apa yang dilakukan di Tanjung Pasir bagian dari proses menuju tercapainya tujuan tersebut. Ia menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah dengan perusahaan seperti PIS.

Ia berharap apa yang baru saja dilakukan, terus berlanjut. Masih banyak tempat lain butuh pemulihan. Sehingga manfaatnya tidak hanya secara ekologis tapi juga secara ekonomi.

"Kita akan integrasikan semua kegiatan-kegiatan pemulihan mangrove itu menjadi satu peta nasional, sehingga kelihatan progres yang kita kerjakan," ujar Sigit.

Ia menerangkan, Indonesia memiliki hutan mangrove seluas 3,3 juta hektare (ha). Paling banyak di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, serta Jawa. Sebarannya terdapat di 33 provinsi.

Menurut Sigit, cara pemulihannya bermacam-macam. Jika di daerah dengan kondisi mangrove yang lebat, alias belum terganggu, hanya perlu dijaga. Sebaliknya untuk area yang mulai agak jarang tanaman mangrovenya, ketika dibandingkan kondisi natural, maka itu menjadi sasaran rehabilitasi. Ia mencontohkan sekitar 700 ribu ha yang awalnya habitat mangrove kini menjadi tambak.

"Tentu rekayasanya beda, kalau yang alami kita tinggal menambahkan, tapi kalau yang sudah dikonversi menjadi tambak, perlu rekayasa sosial. Biasanya kita juga harus memberikan ekonomi alternatif bagi masyarakat yang sudah menggunakannya untuk tambak," jelas Deputi Bidang Tata Lingkungan Hidup dan SDA Berkelanjutan KLH ini.

Sigit kembali menekankan pentingnya mangrove dalam kaitan dengan asa melestarikan alam. Tanaman tersebut tak hanya berfungsi menjaga pantai dari abrasi dan erosi, tapi juga berkontribusi terhadap proses penurunan gas rumah kaca. Lebih jauh lagi, karbon yang diserap tanaman ini, menurutnya, berpotensi memiliki nilai komersil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement