Rabu 10 Sep 2025 07:38 WIB

KEK Jadi Pilar Ekonomi Hijau, Perkuat Ekosistem Energi Bersih

Pengembangan industri di KEK difokuskan pada ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Rep: Eva Rianti/ Red: Satria K Yudha
Foto udara suasana salah satu lokasi industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (20/3/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Foto udara suasana salah satu lokasi industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (20/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dipastikan akan menjadi pilar penting dalam pembangunan ekonomi hijau Indonesia. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Tim Pelaksana KEK, Susiwijono Moegiarso, menegaskan arah pengembangan industri di KEK difokuskan pada ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

“KEK ini menjadi pilar utama ekonomi kita ke depan, khususnya mendorong ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Susi di Jakarta, Selasa (9/9/2025).

Ia menambahkan, KEK memiliki peran besar dalam mendukung target Indonesia Emas 2045, terutama dari sisi transformasi ekonomi. “Peran KEK dalam transformasi ekonomi di antaranya bagaimana kita terus mendorong keberlanjutan dari green economy, blue economy, dan juga circular economy,” ujarnya.

Hingga semester I 2025, tercatat ada 25 KEK yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan nilai investasi mencapai Rp 294 triliun dan serapan tenaga kerja 187 ribu orang. Dari jumlah itu, KEK Kendal dan KEK Gresik menjadi penggerak utama sektor hijau.

KEK Kendal kini berkembang sebagai pusat ekosistem baterai kendaraan listrik (EV). Investasi terbesar di kawasan ini adalah industri bahan baku baterai litium yang memproduksi anoda untuk pasar global.

“KEK Kendal tahun ini sudah berhasil mendorong ekosistem untuk baterai EV. Investasi terbesar adalah industri bahan baku baterai litium yang diekspor ke Amerika dan digunakan oleh Tesla serta produsen mobil listrik lainnya,” tutur Susi.

Produksi anoda di KEK Kendal mencapai 160 ribu ton per tahun, tertinggi di dunia, melampaui China dengan kapasitas 120 ribu ton.

“KEK Kendal berhasil mencapai produksi anoda baterai litium terbesar di dunia. Ini betul-betul mendorong rencana Pemerintah untuk membangun ekosistem EV di Indonesia,” kata Susi.

Sementara itu, KEK Gresik menampung investasi lebih dari Rp 100 triliun untuk membangun smelter tembaga terbesar dunia. Produk hilirnya diproyeksikan menghasilkan ekspor hingga 4 miliar dolar AS sekaligus substitusi impor 2,3 miliar dolar AS.

Kawasan ini juga mengembangkan industri turunan seperti pengolahan asam sulfat, slag, gypsum, timbal, hingga produksi solar glass sebagai bagian dari hilirisasi energi terbarukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement