REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Senior Operations Officer International Finance Corporation (IFC), Alan Johnson, menyoroti urgensi transformasi sektor perberasan. Dia mengungkap pentingnya beras terhadap keamanan pangan global, penghidupan jutaan petani, serta kontribusinya terhadap emisi dan penggunaan air.
Alan Johnson yang juga merupakan Ketua Dewan Direksi Sustainable Rice Platform (SRP) ini menyoroti, teknologi dan praktik budidaya berkelanjutan seperti Alternate Wetting and Drying (AWD) serta benih tahan penyakit sudah tersedia selama lebih dari dua dekade.
Kendati begitu, tingkat adopsinya sangat rendah. Menurut Johnson, hanya 5 hingga 6 persen beras global yang saat ini dapat dikategorikan berkelanjutan, kata dia dalam International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025 di Jakarta, Senin (17/11/2025).
Dilansir dari keterangan tertulis kepada Republika, diskusi yang mengangkat tema “Pendorong Perubahan: Memobilisasi Pasar, Keuangan Karbon, Donor, dan Pemerintah untuk Mempercepat Keberlanjutan Beras" tersebut mempertemukan pemimpin global dari sektor publik, swasta, dan penelitian.
Jalan menuju investasi dan insentif yang efektif
Ketika paparan tersebut selesai, Johnson pun mengajak diskusi para panelis. Mereka adalah Sidi Rana Menggala selaku Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Anoushka Harris selaku Sustainability Manager Associated British Foods, Senthilkumar Kalimuthu sebagai Program Leader Africa Rice dan Arjumand Nizami yakni Pakistan Country Director Helvetas.
Sidi Rana Menggala menyoroti pekerjaan Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) di Indonesia sejak 1997. Selama ini, kata dia, program tersebut berfokus pada aksi lokal dengan dampak global, termasuk pengurangan emisi gas rumah kaca di lahan seluas lebih dari 2.500 hektare.
“Program kami berdampak langsung pada 86 kelompok, dan 86 kelompok ini masing-masing mengelola dana hibah mulai dari USD10.000 hingga USD 50.000–atau setara dengan Rp 167 juta hingga Rp 838 juta,” jelas dia.