REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketersediaan air yang kian tidak menentu di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dalam beberapa tahun terakhir ikut mengancam sumber penghidupan warga. Penurunan debit dan kualitas air membuat biaya produksi pertanian meningkat, risiko gagal panen naik, dan ketergantungan pada sumber air alternatif yang lebih mahal tak terhindarkan.
“Pemulihan ekosistem hulu air bukan hanya isu lingkungan, tetapi berkaitan langsung dengan kualitas hidup dan keberlanjutan ekonomi masyarakat di hilir. BCA meyakini bahwa ketersediaan air yang stabil tidak hanya menopang keberlanjutan lingkungan, tetapi juga mendorong perekonomian lokal, mulai dari hasil lahan produktif hingga pengembangan wisata alam yang berkelanjutan,” ujar EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F Haryn, dalam keterangannya, Selasa (18/11/2025).
Program penanaman pohon dan restorasi mata air di Desa Sekar Sidodadi, Ngantang, digelar pada Sabtu (8/11) hingga Senin (10/11) sebagai upaya memperbaiki kawasan hulu. Kegiatan ini menyasar pemulihan fungsi ekosistem di wilayah tangkapan air (catchment area) yang selama ini menjadi penopang aktivitas pertanian, peternakan, dan kebutuhan rumah tangga di wilayah sekitar.
Sebanyak 21 ribu pohon ditanam di kawasan perhutanan sosial, terdiri atas 12 ribu bambu dan 9.000 tanaman multi-purpose tree species (MPTS) seperti alpukat dan durian. Bambu dipilih sebagai elemen utama karena akarnya mampu menahan erosi, memperkuat struktur tanah, dan meningkatkan daya serap air sehingga membantu menstabilkan pasokan air ke hilir.
Konservasi kawasan hulu air dijalankan melalui kolaborasi dengan warga yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Hutan (GAPOKTANHUT), Jejakin, dan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL). Pelibatan kelompok tani hutan ini penting agar perbaikan sumber air tidak hanya bersifat proyek jangka pendek, melainkan menjadi bagian dari tata kelola lahan sehari-hari.
Kegiatan restorasi mata air di Ngantang diawali dengan pembersihan dan pemulihan area sumber mata air, perbaikan tampungan air (rorak), serta penguatan sistem tampungan alami. Di titik-titik aliran, dipasang filter ramah lingkungan berupa batu, kerikil, pasir, dan karbon aktif untuk menjaga kualitas air yang mengalir ke lahan pertanian dan permukiman.
Seluruh proses dilakukan dengan pelibatan aktif masyarakat, sehingga warga tidak sekadar menjadi penerima manfaat. Mereka diarahkan menjadi penjaga dan pengelola kawasan konservasi hutan dalam jangka panjang, ihwal yang krusial agar ketersediaan air tetap terjaga dan biaya produksi pertanian tidak terus membengkak.
Program Penanaman Pohon dan Restorasi Mata Air ini merupakan kelanjutan kolaborasi BCA dan Jejakin yang dimulai sejak 2023. Selain menjaga keberlanjutan sumber air, inisiatif ini juga memberikan edukasi konservasi dan memanfaatkan pemantauan pertumbuhan pohon secara digital melalui teknologi Jejakin.
Di luar Ngantang, BCA akan melanjutkan Program Restorasi Mata Air di Desa Temurejo, Kabupaten Banyuwangi, sebagai bagian dari perluasan dampak ekonomi dan lingkungan. Sejak 2009, BCA telah menanam lebih dari 190 ribu pohon di berbagai wilayah Indonesia dan meresmikan Rumah Edukasi Penyu di Pantai Goa Cemara, Kabupaten Bantul, dengan hampir 65 ribu tukik dilepas dan lebih dari 1.000 sarang direlokasi di tiga lokasi konservasi.