Rabu 19 Nov 2025 17:10 WIB

Anak Muda Indonesia Kembangkan Teknologi Pemantauan Lahan Gambut Berbasis Internet of Things

Kompetisi ini digelar untuk mendorong inovasi keberlanjutan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Tiga tim inovasi terbaik Siak Innovation Challenge.
Foto: Istimewa
Tiga tim inovasi terbaik Siak Innovation Challenge.

REPUBLIKA.CO.ID, SIAK – Sistem pemantauan tinggi muka air gambut berbasis Internet of Things (IoT) terpilih sebagai inovasi terbaik dalam Siak Innovation Challenge 2025. Teknologi bernama Peatronics IoT, dikembangkan tiga mahasiswa Politeknik Caltex Riau, yakni Aris Saputra Pasaribu, Artika Azzarah Ahmad, dan Amanda Putri Kinanti, yang menawarkan pemantauan gambut secara real-time untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan.

Sistem ini menggunakan sensor ketinggian air yang terhubung dengan jaringan nirkabel LoRa yang hemat energi dan mampu menjangkau wilayah terpencil. Data kondisi gambut ditampilkan melalui dashboard web dengan status aman, waspada, atau kering, serta mengirimkan peringatan dini bila permukaan air turun di bawah batas aman.

Baca Juga

Aris mengatakan teknologi ini lahir dari kebutuhan mitigasi kebakaran, mengingat Siak pernah mengalami kebakaran besar pada 2014. Lebih dari separuh wilayah Kabupaten Siak merupakan lahan gambut sehingga pemantauan kelembapannya menjadi aspek penting pengelolaan lingkungan.

“Teknologi ini dapat menjangkau area yang sangat jauh dan cocok digunakan di wilayah terpencil. Peatronics membantu mencegah kebakaran, menjaga kelembaban gambut, serta meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat,” kata Aris seperti dikutip dari siaran pers Siak Innovation Challenge, Rabu (19/11/2025).

Sekitar 57 persen wilayah Kabupaten Siak berupa lahan gambut, dengan 21 persen di antaranya merupakan gambut dalam yang menyimpan cadangan karbon besar. Kondisi ini menjadikan pemantauan gambut sebagai bagian penting dari upaya pencegahan kebakaran.

Peatronics diumumkan sebagai salah satu pemenang dari 10 finalis yang mempresentasikan inovasi mereka pada Festival Inovasi Lestari di Siak, yang berlangsung 16–18 November 2025. Festival ini mempertemukan pemerintah, komunitas, dan pelaku usaha untuk memperkuat ekosistem ekonomi hijau di daerah.

Dua inovasi lain juga meraih penghargaan utama. Mangalo FortiRice menawarkan beras analog berbasis singkong yang difortifikasi tepung bonggol pisang sebagai alternatif pangan rendah gula dan berbasis kearifan lokal. Sementara tim Archiscape mengembangkan konsep wisata “Harmoni Aroma Melayu” yang mengangkat kekayaan bunga herbal sebagai wisata edukatif dan budaya.

Pemerintah daerah menilai kompetisi ini sebagai langkah penting memperkuat kolaborasi dan mendorong inovasi berkelanjutan. Tahun ini tercatat 94 ide masuk tahap kurasi, dengan lebih dari 30 mitra hadir untuk membuka peluang pendampingan dan kerja sama lanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement