REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan semen dan bahan material, Siam Cement Group (SCG), mendukung strategi pemerintah terkait pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim. Salah satunya dengan menerapkan pendekatan ESG 4 Plus, komitmen resmi perusahaan yang dipersonalisasi dari kerangka kerja global ESG (Environmental, Social and Governance).
Prinsip ESG 4 Plus yang diusung SCG Indonesia berfokus dalam mencapai empat objektif, yaitu tercapainya Net Zero Emission seperti yang ditargetkan oleh pemerintah Indonesia, menciptakan produk dan industri hijau, mereduksi kesenjangan sosial, dan merangkul kolaborasi dengan berbagai stakeholder. Aspek tambahan (Plus) pada prinsip ini merupakan keadilan dan transparansi baik di dalam maupun di luar perusahaan.
Country Director SCG di Indonesia Warit Jintanawan, menyatakan bahwa tujuan SCG dalam melaksanakan ESG 4 Plus adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, konsumsi energi, dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebih serta merangkul kolaborasi dengan banyak pihak yang terkait.
“Urgensi kami dalam melaksanakan prinsip ESG 4 Plus adalah karena SCG telah menjadi bagian dari Indonesia. Kami telah hadir hampir 30 tahun di Indonesia dan terus berkomitmen untuk berkontribusi pada lingkungan sehingga lingkungan lestari, bisnis pun demikian,” kata Warit, dalam pertemuan media di Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Dari aspek environment (lingkungan), SCG menerapkan prinsip Ekonomi Sirkular (membuat, menggunakan, dan kembali ke kita), sehingga SCG menjaga agar tidak ada produk atau bahan baku yang terbuang.
SCG juga melakukan transisi energi melalui teknologi daur ulang AF (Alternative Fuel)/AR (Alternative Raw Material), yaitu fasilitas daur ulang limbah menjadi bahan bakar dan bahan baku alternatif dalam produksi semen. Sejak tahun 2021, teknologi ini telah menekan konsumsi bahan bakar fosil untuk operasional sebesar 3 persen dan meningkatkan penggunaan bahan baku alternatif sebesar 9.4 persen.
Selain itu, SCG juga telah memanfaatkan biogas sebagai salah satu energi alternatif dalam proses produksi kertas kemasan. Biogas diperoleh dari hasil sampingan pengolahan limbah cair produksi melalui sistem anaerobik. Biogas dimanfaatkan sebagai bahan bakar unit pembangkit listrik, sehingga mengurangi gas rumah kaca dan penggunaan bahan bakar fosil.
“Kami juga saat ini sedang mengembangkan teknologi RDF (Refuse-Derived Fuel), bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi, untuk mengolah sampah menjadi bahan bakar. Sampah yang diolah melalui metode co-processing akan dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif dalam proses produksi semen,” jelas Warit.
Kemudian dari aspek sosial, SCG juga mengembangkan program Gerakan Desa Berdikasari (Gesari). Direktur SCG Indonesia, Pathama Sirikul, mengatakan bahwa program ini bertujuan untuk mendukung kemajuan masyarakat desa melalui peningkatan bisnis sektor UMKM melalui pemberian modal usaha serta pelatihan yang bekerja sama dengan dinas-dinas terkait. Sejumlah UMKM binaan Gesari yang telah sukses di antaranya adalah Kelompok Budidaya Lele Lumbung Berkah, Keripik Pisang Kartini, Madu Tanjungsari, dan lain-lain.
“Dan ini kebanyakan di Sukabumi, karena memang area pabrik terbesar kami di Indonesia di sana. Kami ingin agar bisa membuat masyarakat di sana berdaya,” kata dia.
Sejak 2012, SCG juga telah menyalurkan beasiswa Sharing the Dream sebagai bagian dari kontribusi sosial. Hingga 2023, lebih dari 4.000 beasiswa diberikan kepada para pelajar Indonesia tingkat SMA dan Sarjana. Beasiswa Sharing the Dream memberikan dana bantuan pendidikan, program pengembangan diri, serta pendanaan dan pendampingan penuh untuk proyek-proyek komunitas gagasan penerima beasiswa, seperti proyek pengolahan limbah tekstil berkelanjutan, budidaya maggot untuk pakan ternak, program generasi.
Adapun dari aspek tata kelola, SCG juga membuat regulasi dan Kode Etik SCG sebagai bagian dari upaya mendorong tata kelola perusahaan yang baik dan berkelanjutan. “Dan yang Plus itu adalah transparansi dan kerja sama dengan berbagai pihak terkait,” kata Pathama.