Kamis 19 Oct 2023 13:36 WIB

Indonesia Sumbang 7,29 Persen Emisi Gas Rumah Kaca dari Sampah Makanan per Tahun

Sampah makanan menjadi masalah yang cukup besar bagi Indonesia.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Timbulan food loss/waste di Indonesia mencapai 23-48 juta per tahun setara 115-184 kilogram/kapita/tahun, menurut kajian Bappenas 2021.
Foto: www.freepik.com
Timbulan food loss/waste di Indonesia mencapai 23-48 juta per tahun setara 115-184 kilogram/kapita/tahun, menurut kajian Bappenas 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Food waste atau pemborosan pangan menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi oleh dunia termasuk Indonesia. Secara global, sebanyak 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun. Setara dengan sepertiga pangan yang diproduksi untuk dikonsumsi penduduk dunia (FAO).

Sementara itu, timbulan food loss/waste di Indonesia mencapai 23-48 juta per tahun setara 115-184 kilogram/kapita/tahun, menurut kajian Bappenas 2021. Hal ini kemudian berdampak pada emisi gas rumah kaca, menyumbang 1702,9 metrik ton ekuivalen karbon dioksida (MtCO2) atau setara 7,29 persen emisi gas rumah kaca di Indonesia.

Baca Juga

“Ini menjadi masalah yang begitu besar. Karena selain menyumbang emisi gas rumah kaca, food waste juga berdampak pada ekonomi,” kata Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, Nyoto Suwignyo, dalam konferensi pers di DBS Tower pada Rabu (18/10/2023).

Nyoto menyebutkan bahwa food loss/waste (FLW) menyebabkan Indonesia kehilangan Rp 213 – 551 triliun per tahun, yang setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia. Kehilangan ekonomi terbesar terdapat pada tahapan food waste (FW) sebesar 107-346 triliun rupiah/tahun. Jika dibandingkan dengan food loss, timbulan FW selama 20 tahun cenderung meningkat, dari 39 persen pada tahun 2000 ke 55 persen pada tahun 2019, dengan rata-rata sebesar 44 persen.

Pemborosan pangan yang dihasilkan setiap tahunnya, tegas Nyoto, bisa memberi makan sekitar 61-125 juta orang, setara 29-47 persen populasi Indonesia.

“Jadi memang, pemborosan pangan di Indonesia sangat besar, bahkan bisa menutupi sebagian besar masalah kurang gizi atau defisit gizi di Indonesia,” tegas Nyoto.

Menyikapi problematika ini, Nyoto kemudian mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak untuk meminimalisasi pemborosan pangan. Badan Pangan Nasional juga terus melakukan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat untuk tidak menyisakan makanan.

“Kalau kita dikasih snack kotakan, dikasih tiga kue, kan kadang dimakan cuma dua, itu sisanya masuk ke food waste. Kalau bapak ibu kondangan juga biasanya disisain, itu berkontribusi ke jumlah food waste global sebanyak 1,3 miliar ton,” tegas Nyoto.

Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional juga terus memperkuat program 'Gerakan Selamatkan Pangan'. Dengan tujuan menyelamatkan pangan yang berpotensi menjadi sampah makanan, Gerakan Selamatkan Pangan terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu penyediaan, pengumpulan, penyortiran dan penyaluran pangan melalui donasi pangan, penyediaan platform penyelamatan pangan yang dapat diakses secara digital, serta melakukan sosialisasi, edukasi dan advokasi kepada masyarakat melalui kampanye 'Stop Boros Pangan' dan 'Belanja Bijak'.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement