REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menjelaskan hingga tahun ini Indonesia telah mampu mengurangi emisi karbon hingga 60 persen sejak menyepakati Paris Agreement pada 2014 silam atau sebesar 1,22 gigaton CO2. Hal ini menegaskan posisi Indonesia dalam berkontribusi melawan krisis iklim.
"Kami telah konsisten melakukan banyak program dan adaptasi mitigasi perubahan iklim. Kami telah mengalokasikan hingga miliaran dolar dari anggaran pemerintah untuk bisa mencapai target pengurangan emisi dunia," kata Siti Nurbaya dalam pembukaan Indonesia Pavilion pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau COP 28 di Dubai, Kamis (30/11/2023).
Siti memerinci, di sektor energi Indonesia sudah mengurangi emisi karbon hingga 716 juta ton CO2. Sedangkan dari sisi Industri, pengurangan emisi sudah mencapai 59 juta ton CO2.
Pengelolaan sampah yang berkelanjutan juga mampu mengurangi emisi karbon hingga 133 juta ton CO2. Sektor pertanian Indonesia, kata Siti, juga sudah semakin maju dan sadar akan menjaga keberlangsungan lahan produktif hingga mampu mengurangi emisi hingga 89 juta ton CO2.
"Hal ini menunjukkan penurunan emisi riil Indonesia sebesar 42,1 persen pada tahun 2022 dibandingkan dengan kondisi bisnis seperti biasa. Kami memiliki pengalaman dalam mengurangi emisi dari volume dan puncak 1,84 gigaton CO2 pada tahun 2019 menjadi 1,05 gigaton pada tahun 2020 dan 1,14 gigaton pada tahun 2021 dan 1,22 gigaton pada tahun 2022," kata Siti.
Siti menegaskan Indonesia akan terus melanjutkan upaya mitigasi krisis iklim melalui langkah bersama. Siti menekankan perlunya kerja sama lintas sektor untuk bisa mencapai target NZE di tahun 2060.
"Sekali lagi, saya menekankan bahwa pada COP28, prioritas kita adalah untuk menyoroti hasil-hasil utama dari aksi iklim kita, terutama dalam memastikan target iklim Indonesia pada tahun 2030 tetap sesuai target, sehingga kita dapat mempertahankan kendali dan memainkan peran yang krusial dalam memerangi perubahan iklim ini," tegas Siti.