Rabu 24 Jan 2024 13:25 WIB

15 Ribu Kota di AS Diprediksi akan Alami Depopulasi

Perubahan iklim dikaitkan dengan prediksi depopulasi di AS.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Orang-orang antre menunggu untuk masuk supermarket secara bergantian di New York.
Foto: AP / Bebeto Matthews
Orang-orang antre menunggu untuk masuk supermarket secara bergantian di New York.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami transformasi besar-besaran dalam beberapa dekade mendatang dengan ribuan kota menghadapi penurunan populasi. Hal ini merujuk pada studi terbarui dari University of Illinois Chicago.

Para peneliti memperkirakan, sekitar 15 ribu kota di Amerika diproyeksikan akan kehilangan sejumlah besar penduduk pada tahun 2100. Populasi di kota-kota tersebut akan menyusut di kisaran 12-23 persen.

Baca Juga

Semua negara bagian akan menghadapi beberapa tingkat depopulasi, kecuali District of Columbia dan Hawaii. Timur laut dan midwest diproyeksikan menjadi yang paling parah terkena dampak penurunan termasuk kota-kota Pittsburgh, Pennsylvania; Buffalo New York; dan Cleveland, Ohio.

Menurut proyeksi, warga di pantai Selatan California mungkin akan melakukan migrasi, sementara pantai utara menjadi lebih padat. Adapun Texas dan Utah yang saat ini mengalami ledakan populasi, diproyeksikan akan mulai ditinggalkan sebagian penduduknya.

Kota-kota besar di Alabama, Georgia dan Tennessee juga perlahan-lahan berkurang populasinya seperti Columbus, Georgia; Birmingham, Alabama; dan Memphis, Tennessee.Negara-negara bagian yang paling parah terkena dampak diperkirakan adalah Vermont dan Virginia Barat dengan 80 persen kota mereka jatuh ke dalam penurunan populasi.

"Implikasi dari penurunan populasi besar-besaran ini akan membawa tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, mungkin menyebabkan gangguan dalam layanan dasar seperti transit, air bersih, listrik dan akses internet," kata para peneliti seperti dilansir Independent, Rabu (24/1/2024).

Temuan ini didasarkan pada sensus dan data demografis dari dua dekade terakhir untuk 24 ribu kota, yang memungkinkan para peneliti untuk memodelkan tren masa depan untuk lebih dari 31 ribu kota.

Para peneliti mempertimbangkan lima skenario perubahan iklim di masa depan - dari dunia yang lebih bersih dan lebih hijau hingga yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil - yang pada akhirnya berbagi hasil untuk skenario "jalan tengah".

Studi ini membuat beberapa koneksi yang menarik. Misalnya di timur laut, daerah perkotaan di mana lebih sedikit orang yang memiliki kendaraan cenderung mengalami pertumbuhan penduduk. Sebaliknya, daerah perkotaan yang tumbuh dalam populasi di selatan dan barat cenderung memiliki ketergantungan yang lebih tinggi pada mobil.

Para peneliti juga melihat dampak potensial imigrasi internasional dalam menghentikan penurunan populasi. Kota-kota di sepanjang pinggiran wilayah metro seperti New York dan Chicago mengalami peningkatan populasi Hispanik dan Asia, terkait dengan peluang kerja, sehingga tempat-tempat ini mungkin masih tumbuh berkat imigrasi.

Studi ini merekomendasikan agar kota-kota mulai membuat rencana jangka panjang untuk perubahan populasi dalam beberapa dekade mendatang, dan mempertimbangkan tantangan yang tidak terduga.

Sebagai contoh, sebuah studi terpisah dari University of Illinois Chicago menemukan bahwa mungkin ada kebutuhan yang lebih besar untuk transportasi murah, pick-up dan drop-off untuk membantu masyarakat yang sering menua di kota-kota yang tidak berpenduduk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement