REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peran dan keterlibatan kaum muda Indonesia dalam berbagai forum transisi energi global dinilai harus lebih optimal karena Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan konsumen energi terbesar di Asia Tenggara.
Co-Founder Nedzero, komunitas ekonomi sirkular, dekarbonisasi, dan carbon offset, yang juga delegasi Indonesia dalam Forum Pemuda di Sidang Umum Ke-14 Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), Nafi Putrawan, di Jakarta, Senin (22/4/2024), mengatakan, keterlibatan pemuda Indonesia di forum internasional masih belum signifikan dibandingkan kiprah pemuda dari negara-negara Eropa, China, dan Amerika Serikat.
"Para pemuda di Indonesia masih memiliki ruang untuk berkarya di kancah internasional khususnya dalam bidang transisi energi dan sustainability," kata Nafi.
Nafi mengatakan Indonesia memiliki potensi sebagai salah satu negara yang berpengaruh dalam keputusan transisi energi dunia. Karena memiliki populasi yang sangat signifikan terhadap konsumsi energi harian.
Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi dan konsumen energi terbesar di Asia Tenggara, saat ini berada di peringkat 71 dari 115 negara pada Indeks Transisi Energi (ETI) 2021. Skor ETI negara ini telah meningkat sebesar enam persen sejak 2021, dengan peningkatan terbesar dalam kesiapan transisi sebesar 10 persen. Hal itu menandakan peningkatan Indonesia dalam dukungan terhadap energi berkelanjutan.
Dalam Forum Pemuda di Sidang Umum Ke-14 IRENA pada 16-18 April 2024 di Abu Dhabi, UEA, Nafi menuturkan para delegasi forum yang hadir dari berbagai negara membawa pengalaman atas proyek-proyek dan komitmen transisi energinya masing-masing. Pendanaan dan investasi proyek dan perusahaan rintisan (start up) juga menjadi bahasan bersama oleh delegasi pemuda, yang mana sumber pendanaan proyek transisi energi tahap awal bagi pemuda yang ingin berkarya dapat diraih melalui berbagai macam skema seperti pendanaan multilateral, foundations, carbon finance platform, dan impact funds.
Menurut Nafi, saat ini urgensi transisi dari memakai energi fosil kepada energi terbarukan mulai disadari oleh generasi muda khususnya di kota besar di Indonesia. "Kita semua tahu bahwa beberapa bulan yang lalu Air Quality Index di Jabodetabek sempat berada di level yang mengkhawatirkan. Pada saat itu, generasi muda melalui media sosial sangat proaktif mencari solusi dan mengajak untuk menjaga lingkungan agar lebih baik," kata dia.
Masalah lingkungan dan energi itu mulai memunculkan banyak inovasi yang berasal dari pemuda, khususnya untuk mengurangi emisi karbon dan kesadaran akan energi yang lebih bersih. Dari hal tersebut juga mereka mulai memperhatikan proses supply chain dari barang dan makanan yang mereka konsumsi.
Bagi sektor privat, ini adalah peluang yang dapat ditangkap oleh para pemangku kepentingan untuk terus berinovasi terhadap produk yang lebih ramah lingkungan hingga efisiensi energi pada proses produksi.
Nafi mengharapkan dengan kesadaran tinggi dari generasi muda terhadap transisi energi, pemerintah bisa memberikan insentif dan ruang inovasi agar pemuda dapat mengimplementasikan karyanya untuk pelayanan publik yang terkait dengan ekonomi berkelanjutan.