Sabtu 13 Jul 2024 20:00 WIB

Vietnam Beli Listrik Panel Surya Perumahan dan Kantor

Vietnam menjadi garda depan energi terbarukan di Asia Tenggara.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Pemasangan instalasi PLTS di perkantoran (ilustrasi).
Foto: dok SUNterra
Pemasangan instalasi PLTS di perkantoran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Kantor berita Vietnam melaporkan perusahaan operator jaringan listrik negara itu, EVN, berencana membeli kelebihan listrik yang dihasilkan dari panel surya perumahan dan kantor. Listrik akan digunakan untuk pasokan EVN.

Pada Sabtu (13/7/2024), situs berita daring VnExpress melaporkan Wakil Perdana Menteri Vietnam Tran Hong Ha mengumumkan rencana untuk membeli listrik panel surya atap tersebut. Mengutip pernyataan kementerian, VnExpress melaporkan rencana itu mengusulkan penyerapan energi hingga 10 persen.

Baca Juga

Pemerintah Vietnam mengusulkan 671 dong per kilowatt per jam untuk listrik yang dihasilkan panel surya atap. VnExpress mengatakan, bila disetujui maka harganya kurang dari setengah harga listrik yang dibeli EVN dari pembangkit listrik tenaga surya.

Dalam rencana pembangunan energi yang disetujui bulan Mei lalu, Vietnam memiliki target pada 2030 bahwa setengah dari rumah dan gedung kantor menggunakan panel surya atap. Berdasarkan rencana itu, potensi energi surya Vietnam mencapai 963 gigawatt.

Dalam laporannya, VnExpress melaporkan saat ini Vietnam memiliki 103 ribu proyek panel surya atap yang total kapasitasnya mencapai 9,5 gigawatt. Pekan lalu, pemerintah mengatakan mereka mengeluarkan peraturan baru yang mengizinkan pabrik-pabrik untuk membeli listrik secara langsung dari pemasok listrik terbarukan melalui Direct Power Purchase Agreements atau Perjanjian Pembelian Listrik Langsung.

Peneliti Lowy Institute Ahmed Albayrak mengatakan, Vietnam menjadi garda depan energi terbarukan di Asia Tenggara. Dalam artikelnya di East Asia Forum, Albayrak mengatakan pada tahun 2023, Vietnam menyumbang hampir dua pertiga dari seluruh pembangkit listrik tenaga surya dan angin di ASEAN.

Thailand, di posisi kedua, hanya menghasilkan seperempat dari produksi tenaga surya dan angin Vietnam. "Kebangkitan Vietnam dari ketertinggalan menjadi pemimpin dalam tenaga surya dan angin memberikan pelajaran bagi anggota ASEAN lainnya," kata Albayrak.

Albayrak mengatakan langkah Vietnam dimulai pada tahun 2017 ketika negara itu menerapkan Feed-in Tariff (FIT). FIT merupakan kebijakan yang dirancang untuk mendorong pengembangan sumber energi terbarukan.

Kebijakan ini memberikan harga tetap yang lebih tinggi dari harga pasar untuk listrik yang dihasilkan dari sumber terbarukan seperti matahari, angin, atau air. Harga ini biasanya ditetapkan untuk jangka waktu yang panjang, seringkali 15 hingga 20 tahun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement