Kamis 18 Jul 2024 17:03 WIB

Cari Makanan, Suku Terasing Asli Terbesar di Dunia Tinggalkan Amazon Peru

Mereka terlihat pada akhir Juni di tepi sungai dekat perbatasan dengan Brasil.

Lahan yang telah dibabat habis di kawasan Hutan Amazon Brasil.
Foto: Ueslei Marcelino/Reuters
Lahan yang telah dibabat habis di kawasan Hutan Amazon Brasil.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBIA -- Organisasi Survival International pada Rabu (17/7/2024) menerbitkan gambar-gambar langka dari suku terasing asli terbesar yang menghindari komunikasi dengan masyarakat luar bernama Mascho Piro terlihat meninggalkan Amazon Peru.

Organisasi di bidang hak asasi manusia yang bekerja dengan masyarakat adat itu mengatakan Mashco Piro difoto pada akhir Juni di tepi sungai dekat perbatasan dengan Brasil.

Baca Juga

Pada gambar itu terlihat lebih dari 50 orang suku tersebut meninggalkan hutan hujan Amazon Peru dalam beberapa pekan terakhir untuk mencari makanan. Mereka tampaknya menjauh dari semakin banyaknya perusahaan penebangan kayu, menurut organisasi adat setempat FENAMAD.

“Ini adalah bukti yang tak terbantahkan bahwa banyak Mashco Piro tinggal di kawasan ini yang tidak hanya gagal dilindungi oleh pemerintah tetapi juga dijual kepada perusahaan penebangan kayu,” kata presiden FENAMAD, Alfredo Vargas Pio.

Survival International menyampaikan salah satu konsesi terbesar yang beroperasi di wilayah tersebut adalah perusahaan penebangan kayu bernama Maderera Canales Tahuamanu SAC. Perusahaan tersebut telah membangun jalan sepanjang lebih dari 120 mil (193 kilometer) untuk truk penebang kayu untuk mengambil kayu.

Kehadiran pekerja Maderera Canales Tahuamanu merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat Mashco Piro bukan hanya karena kemungkinan terjadinya bentrokan dengan suku tersebut, namun juga karena penebang dapat membawa penyakit yang dapat mematikan bagi masyarakat adat.

Suku Mashco Piro yang mendiami kawasan yang terletak di antara dua cagar alam di Madre de Dios di tenggara Peru, tidak berkomunikasi dengan dunia luar.

Suku yang diperkirakan berjumlah lebih dari 750 orang itu mengungsi di daerah terpencil di hutan untuk menghindari eksploitasi selama peristiwa rubber boom pada awal abad ke-19. Sejak saat itu, mereka terpaksa mengungsi karena adanya penyelundup narkoba dan pembalak liar di wilayah mereka.

Pada 2002, pemerintah Peru menciptakan Cagar Teritorial Madre de Dios untuk melindungi hutan hujan milik suku tersebut, namun hanya mencakup sebagian wilayah Mashco Piro. Pemerintah Peru telah memberikan konsesi lahan untuk penebangan kayu mahoni dan kayu keras lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement