Kamis 07 Nov 2024 17:27 WIB

Singapura Ragu Kesepakatan Dana Iklim Tercapai di COP29

Singapura bersedia berpartisipasi dalam NCQG.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
 Jam hitung mundur untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB COP29 terpasang di Baku, Azerbaijan, 31 Oktober 2024.
Foto: REUTERS/Aziz Karimov
Jam hitung mundur untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB COP29 terpasang di Baku, Azerbaijan, 31 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Lingkungan Singapura Grace Fu mengatakan upaya Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain untuk mengajak lebih banyak negara berkontribusi pada inisiatif pendanaan iklim global berisiko merusak Perjanjian Paris. Hampir 200 negara akan berkumpul di di Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP29) yang digelar di Baku, Azerbaijan, pekan depan. 

Mereka akan merumuskan perincian kesepakatan yang dikenal sebagai New Collective Quantified Goal (NCQG). Target yang dirancang untuk menyalurkan miliaran dolar AS dana iklim ke wilayah-wilayah yang paling membutuhkannya.

Namun AS, Eropa dan negara-negara lain hanya akan berkomitmen pada dana tersebut jika daftar negara-negara yang berkontribusi pada dana tersebut ditambah dengan menyertakan negara-negara seperti Cina, Korea Selatan dan Singapura. Fu mengatakan kebuntuan negosiasi dapat menghalangi kemajuan dalam perundingan tersebut.

Fu mengatakan terdapat "negosiasi alot" yang sedang terjadi mengenai definisi dan struktur dana tersebut. Namun, menambah daftar pendonor berisiko mengacaukan Perjanjian Paris.

“Perjanjian Paris memiliki ketentuan-ketentuan yang jelas, yang berbicara mengenai tanggung jawab pihak-pihak (negara-negara) maju mendukung mitigasi dan adaptasi negara-negara berkembang,” katanya, Rabu (6/11/2024).

Ia mengatakan Singapura yang menyiapkan dana yang dirancang untuk mempercepat dekarbonisasi di Asia Tenggara, bersedia berpartisipasi dalam NCQG. Namun secara sukarela, tetapi bukan sebagai "donor".

Masalah ini dapat menjadi semakin rumit dengan pemilihan presiden Amerika Serikat. Donald Trump diperkirakan kembali menarik AS dari perjanjian Paris, sehingga akan mempersempit basis donor yang ada.

Fu mengatakan masih terlalu dini untuk membicarakan dampak dari pemilu AS terhadap COP29. Ia menambahkan Singapura berharap Washington akan terus "terlibat dan memberikan kepemimpinan yang diperlukan."

Agenda lain yang akan dibahas di Baku adalah Pasal 6 dari Perjanjian Paris. Negara-negara masih merundingkan rincian kecil dari pasar kredit karbon global yang akan memungkinkan mereka untuk mencapai target iklim mereka dengan mendanai proyek-proyek ramah lingkungan di luar perbatasan mereka.

Ada harapan Azerbaijan dapat mengumumkan negosiasi bagian penting dari Pasal 6 sudah selesai di beberapa hari pertama COP29. Hal itu dapat membangun momentum untuk keberhasilan di tempat lain, tetapi Fu mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah hal itu akan terjadi.

“Pihak kepresidenan menyatakan niat mereka atau keinginan mereka untuk melihat sebuah kesimpulan awal, dan kami, sebagai fasilitator bersama, melakukan semua yang kami bisa untuk membantu memajukan proses tersebut, jelas masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement