REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia berkomitmen mencapai netral karbon pada 2050 melalui pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 766 juta ton CO2 ekuivalen, memproduksi 600.000 kendaraan listrik, dan meningkatkan kapasitas baterai hingga 140 GWh per tahun pada 2030. Inisiatif ini sejalan dengan target global untuk mengurangi emisi 50 persen pada 2030 sesuai Perjanjian Paris.
Pada Carbon Digital Conference 2024, RUSAL, produsen aluminium rendah karbon terbesar dunia, memaparkan peran aluminium dalam menekan emisi karbon global. Aluminium rendah karbon digunakan di berbagai sektor, seperti kendaraan listrik dan pembangkit energi surya, membantu pengurangan emisi Scope 3 hingga 13 persen dalam rantai pasok.
Kevin Kong Wen Hao, Representative Director RUSAL untuk Asia Tenggara, menyatakan bahwa Indonesia, sebagai pasar strategis, berperan penting dalam pembangunan berkelanjutan. RUSAL berkomitmen menjadi perusahaan karbon netral pada 2050, dengan inovasi seperti anoda inert yang mengurangi emisi CO2 hingga hampir nol dan meningkatkan kandungan aluminium daur ulang hingga 40 persen pada 2028.
Selain itu, negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, telah mengatur target peningkatan porsi energi terbarukan menjadi 23 persen pada 2025. Pada konteks ini, menurut perwakilan RUSAL, sektor bahan kebutuhan konsumen dan otomotif dilihat sebagai yang akan pertama mengadopsi aluminium rendah karbon.
Permintaan pasar terhadap aluminium ini diprediksi tumbuh signifikan hingga 2033. Dengan kandungan aluminium pada baterai kendaraan listrik lebih dari 30 persen, menggunakan aluminium rendah karbon menjadi sangat penting untuk mengurangi emisi Scope 3, dengan potensi mengurangi emisi total dari baterai kendaraan listrik setidaknya 13 persen.
"Menggunakan aluminium rendah karbon dapat mengurangi lebih banyak jejak karbon dari bahan baku pembangkit tersebut," ujar Kevin.
Salah satu solusi paling inovatif adalah mengganti anoda karbon tradisional dengan anoda inert ( anoda yang tidak bereaksi secara kimia selama proses berlangsung), yang justru mengeluarkan oksigen alih-alih karbon dioksida.
Proses ini menghasilkan aluminium dengan kandungan CO2 lebih rendah dari 0,01 ton untuk setiap ton aluminium dan kurang dari 2 ton CO2 secara keseluruhan.
Dalam kurun waktu tiga tahun, metode ini telah menghasilkan 4.400 ton aluminium. RUSAL juga telah mengembangkan proyek karbon untuk meningkatkan efisiensi energi dan manajemen kehutanan.
Salah satu proyek tersebut akan segera melakukan transfer unit karbon secara internasional ke sebuah lembaga pendanaan di Timur Tengah sebagai bagian dari kerja sama pengelolaan emisi karbon. Proyek-proyek ini telah divalidasi dan didaftarkan pada lembaga registrasi nasional Rusia.