REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengajak investor dalam dan luar negeri berpartisipasi aktif dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia. Ia menegaskan pemerintah membuka peluang investasi seluas-luasnya dengan regulasi yang semakin cepat dan transparan untuk mempercepat transisi energi nasional.
“Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan sumber daya energi terbarukan yang luar biasa, tidak kalah dengan negara lain,” ujar Bahlil dalam pidatonya di Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025 di Jakarta, Jumat. “Kami mengundang para investor untuk ikut mengambil bagian. RUPTL kami sudah disahkan, dan peluangnya terbuka lebar.”
Menurut Bahlil, potensi energi bersih Indonesia meliputi panas bumi, tenaga surya, angin, air, dan laut. Saat ini, kontribusi EBT sudah mencapai 14–15 persen dari total kapasitas listrik nasional sebesar 100 gigawatt. Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, pemerintah mengalokasikan 69,5 gigawatt untuk pengembangan energi terbarukan.
Untuk mendukung pengembangan energi hijau di wilayah terpencil, pemerintah juga merencanakan pembangunan jaringan listrik sepanjang 47.758 kilometer sirkuit atau sekitar 8.000 kilometer jaringan baru. “Pusat-pusat energi terbarukan banyak berada di daerah yang belum memiliki jaringan listrik. Karena itu, jaringan harus dibangun agar energi bisa disalurkan ke konsumen,” jelasnya.
Bahlil mengakui tantangan utama EBT masih terletak pada tingginya biaya teknologi dibandingkan dengan batubara. Namun, ia menekankan bahwa arah global kini sudah jelas menuju energi bersih.
“Energi fosil memang masih lebih murah, tapi masa depannya tidak panjang. Dunia bergerak ke arah green energy dan green industry, dan produk yang dihasilkan dari energi bersih memiliki nilai jual yang lebih tinggi,” katanya.