Senin 24 Nov 2025 18:39 WIB

SCG Gelar ESG Symposium 2025, Dorong Dekarbonisasi Industri dan Ekonomi Sirkular

Penerapan ESG merupakan sebuah kebutuhan bagi perusahaan.

ESG Steering Committee PT SCG Indonesia Pathama Siriku (kiri), President Direktur SCG Indonesia Pattaraphon Charttongkum (tengah), dan  Government Liaison & Community Relation Manager PT Semen Jawa, Indra Leksono (kanan) saat berbincang dengan media, di Jakarta, Senin (24/11/2025).
Foto: Satria K Yudha/Republika
ESG Steering Committee PT SCG Indonesia Pathama Siriku (kiri), President Direktur SCG Indonesia Pattaraphon Charttongkum (tengah), dan Government Liaison & Community Relation Manager PT Semen Jawa, Indra Leksono (kanan) saat berbincang dengan media, di Jakarta, Senin (24/11/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perusahaan multinasional Siam Cement Group (SCG) mendorong percepatan kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat agenda transisi rendah karbon Indonesia melalui penyelenggaraan ESG Symposium Indonesia 2025 di Jakarta pada 2 Desember mendatang. Perusahaan menilai percepatan dekarbonisasi, adopsi teknologi bersih, dan penguatan ekonomi sirkular merupakan syarat penting bagi daya saing Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.

Melalui forum ini, SCG membuka ruang dialog terbuka antara pemerintah, pelaku industri, lembaga keuangan, akademisi, dan masyarakat sipil untuk menghadirkan aksi iklim yang terukur.

Baca Juga

President Director PT SCG Indonesia, Pattaraphon Charttongkum menjelaskan, ESG Symposium merupakan platform tahunan SCG yang dirancang untuk memperluas kemitraan Public-Private-People Partnership (PPPP). Tahun ini, forum tersebut mengangkat tema Decarbonizing for Our Sustainable Tomorrow dengan fokus pada kontribusi kolektif seluruh pemangku kepentingan dalam mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Pattaraphon menegaskan, penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) merupakan keharusan dalam menghadapi tantangan pembangunan masa depan. “Mengapa ESG? Karena ESG bukan pilihan lagi, tetapi keharusan bagi seluruh bisnis dan pelaku industri, termasuk SCG. Bukan hanya demi keberlanjutan perusahaan, tetapi juga untuk dunia dan generasi berikutnya,” ujar Pattaraphon dalam sesi diskusi dengan media di Jakarta, Senin (24/11/2025).

Ia menjelaskan bahwa pendekatan SCG dibangun di atas prinsip inclusive green growth yang menggabungkan kolaborasi, inovasi hijau, dan pertumbuhan sosial.

Pattaraphon menyampaikan bahwa SCG telah beroperasi lebih dari tiga dekade di Indonesia dengan bisnis yang meliputi cement materials, chemicals, dan packaging. Ia menegaskan bahwa kolaborasi menjadi elemen penting dalam mendorong keberlanjutan. “Inklusif berarti kami melibatkan seluruh pemangku kepentingan. SCG tidak bisa berjalan sendiri karena upaya seperti ini memerlukan kolaborasi yang besar,” katanya.

Selain inovasi hijau dalam proses produksi, SCG juga menjalankan berbagai program sosial seperti SCG Mentari untuk pengembangan komunitas serta program beasiswa yang disebut telah mendukung hampir 5.000 pelajar selama 13 tahun. “Kami bangga menjadi salah satu pihak yang dapat mendukung visi pemerintah menuju Indonesia Emas 2045,” tutur Pattaraphon.

ESG Steering Committee PT SCG Indonesia, Pathama Sirikul, menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor dan edukasi publik menjadi fokus utama simposium tahun ini. “Sebagai perusahaan yang berinvestasi di Indonesia, kami ingin mendukung tujuan Indonesia Emas yang dicanangkan pemerintah,” ujarnya.

Pathama menyampaikan bahwa banyak pihak masih belum memahami konsep ESG, sehingga edukasi menjadi bagian penting dari rangkaian simposium. “Bagi masyarakat umum yang bukan bagian dari korporasi yang fokus pada ESG, banyak yang belum memahami apa itu ESG,” katanya. Ia menegaskan bahwa peningkatan literasi ESG perlu dilakukan agar publik memahami manfaatnya bagi masa depan.

Tahun ini, simposium SCG akan terdiri atas tiga sesi utama, yaitu mengenai dekarbonisasi, ekonomi sirkular, dan PPPP.

Sesi dekarbonisasi akan menampilkan teknologi baru untuk pengurangan emisi serta praktik internasional. “Akan ada teknologi baru yang kami tampilkan, seperti cara mengurangi debu dan meningkatkan kualitas udara,” ujar Pathama.

Pada sesi ekonomi sirkular, SCG akan memamerkan inovasi pengelolaan sampah termasuk teknologi waste-to-energy dan konversi limbah menjadi produk bernilai tambah. Salah satu instalasi unik ialah karya seni yang dibuat dari sampah yang dikumpulkan karyawan melalui kegiatan SCG Fun Walk. “Kami mengumpulkan sampah sepanjang rute kegiatan dan mengubahnya menjadi instalasi seni untuk ditampilkan pada simposium,” ujarnya.

Pathama juga menyoroti perlunya kolaborasi multipihak dalam menghadapi krisis iklim dan persoalan sampah di Indonesia. “Dunia terus berubah, iklim berubah, dan semua itu berdampak pada kualitas hidup kita. Karena itu kami meminta kolaborasi dari seluruh mitra,” katanya. Adapun pada sesi PPPP, SCG akan menampilkan komitmen kolaborasi baru dan sejumlah showcase lintas-sektor.

Menurut dia, SCG meyakini bahwa kemajuan ESG di Indonesia membutuhkan pendekatan jangka panjang dan kemitraan yang kuat di seluruh sektor. Melalui ESG Symposium 2025, kata Pathama, perusahaan berharap dapat memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi persaingan global berbasis keberlanjutan serta mendorong inovasi yang berkontribusi pada target net zero emission nasional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement