Senin 24 Nov 2025 10:35 WIB

Erdogan Puji Kerja Sama dengan Australia untuk Jadi Tuan Rumah COP31

Pertemuan COP31 akan digelar di Antalya, Turki.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ahmad Fikri Noor
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: Kantor Kepresidenan Turki via EPA-EFE
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut kesepakatan berbagi tanggung jawab dengan Australia untuk penyelenggaraan Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP31) tahun depan. Pertemuan COP31 akan digelar di Antalya, Turki selatan, sementara Australia ditunjuk memimpin jalannya perundingan resmi.

“Kami berencana menjadi tuan rumah Konferensi Para Pihak ke-31 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim pada November tahun depan,” kata Erdogan dalam KTT G20 di Johannesburg seperti dikutip dari Terra Daily, Ahad (23/11/2025).

Baca Juga

Turki tetap memegang presidensi COP31, sedangkan Australia bertindak sebagai wakil presiden sekaligus ketua negosiasi. Pernyataan Erdogan disampaikan setelah kedua negara mencapai kata sepakat menyusul kebuntuan panjang mengenai hak menjadi tuan rumah.

“Saya percaya konsensus yang kita bangun bersama Australia sangat penting,” ujarnya.

Turki dan Australia sama-sama mengajukan diri menjadi tuan rumah COP31 yang dijadwalkan November 2026. Persaingan itu memicu bidding war yang jarang terjadi dalam proses pemilihan lokasi Pertemuan Iklim PBB yang diselenggarakan setiap tahun. Australia mendapat dukungan lebih luas, namun menurut aturan PBB, keputusan harus diambil berdasarkan konsensus sehingga kebuntuan membuat tuan rumah tidak dapat ditetapkan.

Turki menjadi tuan rumah pertemuan selama dua pekan di Antalya, sementara Australia memimpin proses perundingan untuk mencari jalan tengah bagi hampir 200 negara dalam menangani krisis iklim. Sementara itu, pertemuan teknis atau pra-COP akan berlangsung di salah satu negara Pasifik sebagai penghormatan atas rencana awal Australia yang hendak menjadi tuan rumah bersama mitra-mitra kawasan.

Kesepakatan ini dirampungkan di Belem, Brasil, setelah beberapa hari negosiasi tertutup dan diharapkan disetujui secara konsensus pada COP30. Dokumen tersebut juga sudah mendapat dukungan bulat dari Western European and Other States Group, langkah awal menuju pengesahan resmi.

Pemilihan tuan rumah COP setiap tahun dilakukan bergiliran di antara lima blok regional. Pada giliran 2026, tanggung jawab berada pada kelompok negara-negara Eropa Barat serta Australia dan Turki. Jika kebuntuan tidak terpecahkan, hak tuan rumah akan otomatis jatuh ke Jerman yang menjadi markas Sekretariat Iklim PBB.

Hasil ini disebut mengecewakan bagi Australia dan negara-negara Pasifik, yang menghadapi ancaman langsung kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem. Namun negara-negara Pasifik tetap mendapat ruang untuk memengaruhi agenda dan proses perundingan.

“Ini jauh lebih baik daripada tidak mendapat apa pun,” kata Menteri Iklim Vanuatu Ralph Regenvanu.

COP31 akan menjadi kali pertama Turki menjadi tuan rumah Pertemuan Perubahan Iklim PBB. Negara itu baru meratifikasi Perjanjian Paris pada 2021 dan menurut banyak pengamat komitmen iklim negara itu masih lemah. Namun bagi pemerintahan Erdogan, keberhasilan mengamankan tuan rumah dianggap sebagai kemenangan diplomatik yang menunjukkan semakin tegasnya posisi Turki di panggung internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement