Ahad 16 Feb 2025 11:47 WIB

Perubahan Iklim Ganggu Produksi Buah, Korea Selatan Andalkan Impor

Impor buah Korsel mencatatkan rekor pada 2024.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Buah-buahan (ilustrasi). Impor buah di Korea Selatan melonjak akibat perubahan iklim.
Foto: Dok. Freepik
Buah-buahan (ilustrasi). Impor buah di Korea Selatan melonjak akibat perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Perubahan iklim berdampak pada berbagai hasil pertanian, termasuk buah. Krisis iklim dan tingginya permintaan mendorong lonjakan impor buah di Korea Selatan (Korsel) tahun 2024.

Berdasarkan data yang dikumpulkan Korea Rural Economic Institute (KREI), impor 12 jenis buah Korsel tembus 1,45 miliar dolar AS pada tahun 2024. Naik 20,1 persen dari tahun sebelumnya.

Baca Juga

Pada Sabtu (15/2/2025), kantor berita Yonhap melaporkan impor buah tahun 2024 merupakan yang terbesar yang pernah tercatat. Dengan rekor sebelumnya ditetapkan pada tahun 2018 ketika impor buah mencapai 1,33 miliar dolar AS.

12 jenis buah ini termasuk pisang, mangga, nanas, jeruk, ceri dan kiwi. Kenaikan impor buah terjadi saat Korsel kekurangan buah karena panen yang buruk di tengah kondisi cuaca yang tidak menguntungkan.

Pemerintah juga mengurangi tarif impor buah untuk memenuhi tingginya permintaan dan mengendalikan inflasi. "Impor buah-buahan diproyeksikan akan terus meningkat, karena produksi buah-buahan dalam negeri akan menurun dalam jangka panjang akibat kondisi cuaca dan terus berkurangnya luas areal budi daya," kata seorang pejabat KREI.

Dalam laporan terbaru, lembaga tersebut memperkirakan total impor buah-buahan, termasuk buah-buahan beku, akan naik 6,8 persen dari tahun ke tahun menjadi 817.000 ton tahun ini.

Perubahan iklim merupakan pergeseran kondisi cuaca rata-rata dari waktu ke waktu dan sebagian besar disebabkan aktivitas manusia. Peningkatan karbon dioksida di atmosfer memungkinkan lebih banyak sinar matahari melewati atmosfer, sehingga meningkatkan suhu bumi.

Hasil dari perubahan ini dapat berupa peristiwa cuaca ekstrem, seperti badai, banjir, gelombang panas, gelombang hawa dingin, kebakaran hutan, dan kekeringan menjadi lebih sering dan intesif. Peristiwa-peristiwa cuaca ekstrem ini dapat merusak hasil panen dalam satu waktu.

Perubahan iklim berdampak langsung pada pasokan pangan global. Perubahan cuaca mempengaruhi lokasi-lokasi di mana produk pertanian dapat ditanam, sehingga berdampak pada kapasitas petani untuk memproduksi makanan yang diperlukan untuk memberi makan populasi dunia.

Buah-buahan dan sayuran merupakan organisme hidup yang merespons perubahan suhu hangat dan dingin. Apapun yang akan membuat perubahan signifikan pada lingkungan akan berdampak besar pada pertanian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement