Jumat 02 May 2025 17:24 WIB

Perubahan Ekosistem di Kutub Utara Jadi Tanda Bahaya Perubahan Iklim

Ekosistem di Kutub Utara sangat rapuh.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Kutub Utara (ilustrasi). Perubahan ekosistem di Kutub Utara jadi tanda bahaya perubahan iklim.
Foto: Reuters
Kutub Utara (ilustrasi). Perubahan ekosistem di Kutub Utara jadi tanda bahaya perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ilmuwan mengumumkan ekosistem tumbuh-tumbuhan di Kutub Utara mengalami perubahan. Hal ini dapat menjadi "peringatan dini" dampak perubahan iklim di kawasan tersebut.  

Dalam kurun waktu empat dekade, 54 peneliti memantau lebih dari 2.000 komunitas tumbuhan di 45 lokasi mulai dari Kanada hingga Alaska dan Skandinavia. Mereka menemukan perubahan suhu dan musim tumbuh yang dramatis, namun tidak menghasilkan pemenang atau pecundang yang jelas.

Baca Juga

Semak dan rumput di beberapa wilayah tumbuh dengan signifikan, sementara tanaman berbunga justru menurun karena kesulitan tumbuh di bawah naungan tanaman yang lebih tinggi. Temuan yang dipublikasikan di jurnal Nature ini, mengisi kekosongan pengetahuan penting bagi tim yang berada di garis depan perubahan iklim.

“Perubahan iklim sangat meluas di seluruh Kutub Utara dan kami melihat kecepatan pemanasan di sana empat kali lipat dibandingkan wilayah lain di planet ini,” kata peneliti postdoctoral di bidang keanekaragaman tundra dari Universitas Edinburgh Mariana García Criado seperti dikutip dari the Guardian, Kamis (1/5/2025)

García Criado mengatakan para peneliti sudah menduga akan menemukan pola dan arah perubahan yang sangat jelas, seperti yang biasa terlihat di ekosistem lain. "Namun Arktik adalah tempat yang istimewa dan sering kali tidak terduga," katanya.

Para peneliti menemukan daerah yang posisinya lebih dekat dengan garis khatulistiwa dibandingkan wilayah lain memiliki keanekaragaman yang lebih kaya dan suhu yang lebih hangat. Sementara itu, daerah yang mengalami peningkatan suhu paling signifikan menjadi daerah yang paling banyak kehilangan spesies dan pertumbuhan.

Isla Myers-Smith dan tim penelitinya yang disebut “Team Shrub” mendokumentasikan perubahan ekosistem yang sangat cepat di bagian utara Kanada yang termasuk dalam kawasan Arktik. Mereka menemukan tundra—wilayah datar yang biasanya dingin dan tandus—sedang mengalami proses “penghijauan” dengan kecepatan luar biasa.

Hal ini terjadi karena semak-semak seperti willow mulai menyebar ke arah utara dan tumbuh lebih tinggi dari sebelumnya. Semak sangat kompetitif karena mereka tumbuh lebih tinggi dan menaungi tanaman lain, serta menyerap lebih banyak sumber daya.

Saat semak mengambil alih, mereka menggantikan rumput kapas, lumut, dan lumut kerak yang membutuhkan ratusan hingga ribuan tahun untuk tumbuh. Suhu yang lebih tinggi dan musim tumbuh yang lebih panjang membuat tren ini sulit dihentikan, dan secara umum di seluruh Arktik, jumlah dan keanekaragaman tumbuhan akan terus bertambah.

“Seringkali ketika kita memikirkan dampak perubahan iklim, kita fokus pada hilangnya keanekaragaman hayati, tapi di tundra yang dibatasi suhu, perubahan iklim bersifat multifaset,” ujarnya.

Meski peningkatan keanekaragaman tampak sebagai perubahan positif, para ahli memperingatkan perubahan ini membawa konsekuensi besar. García Criado mengatakan ekosistem  di Kutub Utara ini sangat rapuh dan perubahan komposisi spesies dapat berdampak besar pada semuanya.

"Perubahan dimulai dari tumbuhan, dan jika tumbuhan bergeser, semuanya akan mengikuti,” kata García Criado.

Ia menambahkan kawanan karibu kemungkinan besar menjadi korban, karena area tundra yang terbuka dan disukai lumut yang menjadi makanan mereka kini tergantikan oleh semak.

“Ini berdampak berantai pada hewan Kutub Utara yang bergantung pada tumbuhan tersebut, juga pada ketahanan pangan masyarakat lokal dan komunitas adat, serta fungsi ekosistem secara keseluruhan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement